Selasa, 28 Mei 2013

Awam




Aku tak mengerti apapun

Aku buta aksara

Aku tuli nada

Hambar rasa

Pekat gulita tersekap dalam hening yang ku cipta



Apa itu warna

Aku adalah penanya ulung

Hembusan debu yang terbang melengkapi ketidakmengertianku

Tentang langit kenapa biru

Dan air yang selalu mengalir



Membisu bukan aku,

Aku tak ingin putih dan hitam saja yang ada di kanvasku

Aku awam, tak mengerti tentang yang kau tau



Sediaku,

Biarlah tetap aku menjadi awam,

Agar kau selalu terlihat hebat dimataku,

Melengkapiku yang tidak mengerti

Menuangkan warna warna lain di kanvasku

Mampu memendungkan langit biruku

Dan membuat pusaran arus air didepan saluran air didepan rumahku

Kamu hebat kan,

Biarlah aku tetap awam,

Jangan paksa aku untuk benar benar mengerti,

Agar tetap kau, yang selalu terlihat hebat dimataku

:)


Senin, 27 Mei 2013

M A Y D A Y



"Mayday mayday..!! (ganti)"
"Iya, sekarang memang hari dibulan Mei,(ganti)"
"Hei maksudku, ada bahaya disini (ganti)"
"Hei, tapi aku baik baik saja (ganti)"
"Disini ada bahaya!! (ganti)"
"Kamu kenapa hei? (ganti)"
"Aku akan menuju ruang hampa dimana disana nanti tak bisa lagi kau terima radarku, disini kedap radar. Terimakasih telah menjaga radarku dengan baik ya. Setelah ini, aku akan hilang. Tak perlu mencariku, aku kan sudah memberitahumu ini. Aku pergi, aku akan baik baik saja. (ganti)"
"Mayday mayday !! – (ganti)"
(your service is out of date, please check the last activity and keep smile, everything gonne be repair, gonna be change, gonna be fine)








Minggu, 26 Mei 2013

E n e r g i



Sengatan menjalari seluruh tubuh

Dayamu digdaya, kuat tak terbendung

Dadaku berdebar

Debaran tak selalu jatuh cinta

Badanku gemetar

Bahwa sekarang setiap tutur katanya bisa begitu lugas



Aku selalu ingin jadi sepertinya

Liar, dinamis, selalu siap perubahan

Hidup, punya pengaruh, menghidupkan

Digdaya, tanpa batas, diluar lintasan dan sendirian



Sengatan itu menjalar lagi

Barangkali tubuhku terlalu ringkih

Debaran itu ada lagi

Debaran tak selalu jatuh cinta

Aku ingin bermimpi lagi

Badanku gemetar

Bahwa sekarang setiap tutur katanya bisa begitu meyakinkan



Aku akan percaya lagi, semua itu ada jalannya

Tinggal aku yang mencarinya, barangkali cara berjalanku yang terlalu
lambat

Aku akan sampai, aku berjanji.

Dan disaat kumenemukannya,

Barangkali aku berjarak tak sejauh ini,



Energi(mu), menulari(ku)lah ya :)





Arsy Dan Titik Hujan





Udah tiga hari ini aku nggak ketemu Arsy. Adik kecilku yang baru itu, ikut Ibu ke Ponorogo buat ketemu sama keluarga baru disana. Aku sama Ismail jaga rumah. Ada rasa kangen juga sih sama Arsy ehehe.

Oh ya, aku pernah bilang, pernah bikin julukan sih sebenernya, kalau aku sama Ismail itu anak langit. Suka lihat langit pagi sama suka lihat pelangi. Hari ini Arsy kelelahan, masih kecil udah pergi jauh jauh. Senyumnya kurang energi. Mau merangkak juga lemes, sampai nangis pun dia nggak kuat. Tadi sore, Arsy rewel. Nangis terus. Udah minum susu, udah digendong masih nangis juga. Akhirnya aku gendong Arsy, aku bawa kedepan rumah yang diluar lagi hujan gerimis. Aku pegang tangannya, buat nyentuh air hujan. Dan, Arsy diem. Suara hujan memang teduh, penenang. Suara hujan itu terapi jiwa, suara alam yang sejuk, menenangkan. Dan kali ini titik titik air hujan nenangin Arsy.

Lama aku duduk di teras rumah, dan tangan Arsy masih kubiarkan terkena hujan. Dia melamun, atau mungkin dia kelelahan. Dan saat dipanggil namanya, dia tersenyum. (adegan ini terjadi sungguhan, maaf kalau drama hehe)


Hei Arsy, aku tau kamu berbeda dari kami.
Namun, kita lahir dari Ibu yang sama bukan?
Dan memang sepantasnya kau adalah bagian kami, anak langit.
Sore ini, kau menunjukannya, bahwa kau adalah anak langit lainnya.
Yang menyukai hujan, dan bukan langit pagi
Yang menyukai hujan, dan belum tau apa itu pelangi
Arsy adikku, selamat.
Kau anak langit lainnya, sama sepertiku, sama seperti Ismail :)



Kamis, 23 Mei 2013

Sembunyi




Aku gugup,
Badanku gemetar,
Aku selalu berusaha terlihat baik-baik saja bukan?

Badan ini masih gemetar,
Isyaratku tak akan bisa kusembunyikan
Mereka diluar kendaliku
Aku bisa selalu seakan menyenyumimu, tanpa kau tau apa alasanku tetap tersenyum disaat wajarku merasa sebaliknya
Nadaku selalu tinggi kau dengar bukan?
Itu upayaku menyembunyikan banyak minor dalam nada yang kurasa mulai fals

JIka kemenghilanganku terasa baik, mungkin memang aku harusnya hilang.
Tak hanya berkata hilang, namun jika ada ‘nada’ itu kembali, aku bisa seketika hadir lama
Jika saja kemenghilanganku semudah itu,mungkin memang harusnya sudah dari dulu
Dan jika jeda itu akan lama sekali dari ini, ,harusnya akan lebih mudah
Tapi apakah aku sudah akan bisa?

Aku tidak pergi, kamu juga tak sepenuhnya pergi bukan?
Aku tidak hilang, kamu juga tak sepenuhnya menghilang bukan?
Aku mencoba sembunyi, sedangkan kau masih saja muncul disetiap sudut ruang ruang persembunyianku.



Kamis, 16 Mei 2013

Perindu Ulung





“Sudah merindukanku?”
“Aku rindu..”


Seperti tau kapan saatnya tepat datang, kamupun iya.
Aku yang lebih senang mendengarmu yang tak berjanji, nampaknya, dialog kita lama sekali tertundanya
Lamanya itu, apa bisa terangkumkan semua dialognya?


“Berapa waktu yang kau punya untukku?”
“Apa? Kamu terlihat seperti anak kecil yang ingin membeli waktu ayahnya agar bisa bermain.”
“Aku, serius.”


Nampaknya aku masih begitu kecil dimatamu,
Aku sedang bertumbuh, mendewasa,
Tak menjadi gadis yang hanya bisa merengek minta kau temani
Dan aku serius tentang ini,

Kau tau, aku merindukan celah waktu, meski sedetik
Dan aku tau, akan ada yang terasa hilang nantinya,
Tatapan, dan mungkin beberapa dialog yang kau sembunyikan dariku

Menemuimu, sama halnya dengan memperpendek draft bagian cerita yang tertunda
Menemuikulah ketika hanya kau merasa rindu,
Karena disaat itu, aku akan merasa tidak sendiri
Setidaknya kita sama sama perindu
Bedanya mungkin aku, perindu ulung
Meski telah berusaha mengunci pintu, namun bagaimana bila rasa itu tak terbendung?

Disini, tidak ada penawar racun
Apalagi untuk seorang yang ulung merindu seperti ini,
Semoga melihatmu sebentar bisa menjadi penawarnya sedikit
Dan entah pertemuan mana yang akan kita temui,
Dan dipertemuan mana kita bisa bercanda tanpa canggung yang kemudian rutin menyapa,

“Kapan kita ketemu?”



Selasa, 14 Mei 2013


Aku ingin menemuimu pagi buta ini, 
Dipelukkan mimpi,
Dalam hening semilir udara,
Kau bisa hadir, 
Bahkan hanya ketika sedetik saja Aku memikirkanmu...


Ikatan-Batin




Radarku terbaca, 

Aku masih tidak mengerti, seberapa ada ikatan semacam itu. Dia bilang, Kami punya ikatan batin, sejak dulu. Bahkan sebelum aku yang menjadi ‘yang rutin mengisi harinya’. Aku juga tidak tau, apa yang semacam itu akan baik untukku, untuknya, untuk kami saat ini. Hanya terkadang, Aku rindu kebersamaanku dengannya. Entah apa yang membelenggu, meski Aku tau, bahkan sangat, semuanya tidak lagi sama seperti dulu.

Seperti dulunya, sebelumnya. Aku bisa merasa apa yang ‘mungkin dia rasa’. Dia bilang, Aku bisa tau isi hatinya, meski tidak untuk isi kepalanya yang penuh misteri. Aku tau, mungkin kami menjalani hubungan yang salah, atau barangkali ‘hubungan yang tak seharusnya’, namun bagaimana bila yang terjalani alurnya bisa sebegitu menarik seperti ini. Iya, menarik. Dan tentu, bukan untukku.

Aku tau, ada seorang diseberang sana yang pernah Dia bilang, bisa membuat senyumnya. Sederhana, namun berarti dalam untukku. Senyumnya, masih ingin ku lihat setiap hari. Jika yang didekatnya mampu, maka apapun akan ku tukarkan dengan senyumnya, meski tak lagi bisa ku lihat setiap hari, hanya sesekali di gambar bisu dibalik bingkai. Namun itu penjaminnya, disana Dia tersenyum, tulus, tanda Dia mendapat bahagia. Meski bahagianya yang lain, meski tersenyumnya, sudah tidak setiap hari untukku.

Sudah larut yang ku tunggu, dibalik pintu-pintu yang terkadang dibukanya, Aku takut tak lagi ada Aku. Aku ada, hanya saja Aku takut Aku hilang. Datanglah disaat yang tepat. Tepat dimana Aku akan beranjak pergi. Dia pernah bilang, bisa menculikku disaat tepat Aku ingin diculik dan dibawanya lari. Aku selalu suka candanya yang satu ini, Dia tak ingin Aku menjalani sesuatu tanpa rasa sedia, dan Aku berdoa, agar Aku tidak mendapat cerita seperti itu.

Dia, masih Dia, 

Aku memilih hening untuk menyimpan semuanya, dan dalam kediaman ini mungkin ikatan Kami, bisa membuatnya mengerti. Karena ada sedikit Dia dalam diriku, dan mungkin ada sedikit Aku dalam dirinya. Ada hal-hal yang susah ku jelaskan, ada semacam ‘pause’ atau pesan ‘sending it later’.

Aku tau, Dia pasti tau.
Semuanya akan baik baiknya, Aku sudah merapikan ceritanya bukan? :’)


Kamis, 09 Mei 2013

Fantastic-Realistic



Dear Ksatria,

Hei Sat,
Apa kabar?
Sudah lama aku tak mengirimimu surat,
Barusan aku nonton film korea “Hello Ghost” itu
Iya, filmnya bagus Sat.
Sayang aku baru sempet lihat, sekarang aku jadi tau kenapa kamu bilang filmnya bagus,
Fantastic-Realistic kan Sat?
Makasih udah share ke aku, seleramu nggak pernah salah.

Sat,
Bagaimana denganmu?
Mana punyamu Sat?
Aku Cuma bisa menerawang hasil apa yang kamu buat,

Ayo tunjukin ke aku,
Anggap aja aku galeri-auditorium-atau apalah namanya
Kamu juga bisa bikin yang “Fantastic-Realistic” kan?
Meskipun kamu pengennya yang fantasi?
Tapi penonton (seperti aku) ini inginnya ada unsur reality nya Sat,
Ah, kamu pasti sudah menemukan racikannya kan?

Sat,
Dua malam lalu aku ngeliat senyummu, meskipun sebentar.
Terimakasi sudah hadir dan menyapaku dalam mimpi, seperti biasanya
Padahal sudah lama sekali,
Kenapa tadi malam kamu muncul lagi?
Tapi yang tadi malam, kita berjarak Sat,
Aku ada disampingmu, namun berjarak
Ingin saling menggenggam, namun seperti ada batas dalam jarak kita yang cuma lima jengkal
Terimakasi, walaupun senyummu semalam terlihat begitu janggal

Sat,
Aku tak pernah tau,
Surat-suratku terbaca olehmu atau tidak,
Aku hanya bisa menulisnya Sat,
Dan kau pernah bilang kan, bahwa kau pernah membacanya beberapa, sesekali?

Semoga tersampaikan.

Suratku ini sampai dengan baik kan Sat?
Tinggalkan radar ya, meskipun kamu sedang perang
:’)


Kamis, 02 Mei 2013

Sajak Abu Abu - (Seorang Yang Ingin Disapa)


Tangan ini ingin terlambai,
Seseorang di ujung sana seperti ingin disapa,
Siapa dia?

Dia memalingkan pandangannya,
Tak melihatku seperti biasanya,
Kemana dia?

Aku tersamar diantara riuhan orang disekelilingnya, yang dekat
Jauh, jangkauanku melebar tak tersentuh kuat

Ku mencarinya, disetiap sudut ruang ruang rinduku
Berharap, agar aku menemuinya disalah satu sudut yang ku lihat
Dan benar benar melambaikan tangan, untuknya yang ingin disapa
Benar, dia menghilang, hilang, dan entah ke arah mana

“Hei, Aku ada”
Tiba tiba dia menepuk pundak, menyapaku
Aku hanya bisa memandanginya, tak ada kata yang sempat ku susun untuk ku ucapkan kala itu
Dia tersenyum, lalu diam.

Sepersekiandetik, kutemukan beberapa kata untuk ku sampaikan kepadanya,
Di hembusan nafasku yang pertama, dia masih tersenyum padaku
Di tarikan nafasku yang kedua, dia pergi, menghilang lagi

“Kamu siapa? Akuilah ke-siapa-anmu..
Aku hanya belum sempat menyapamu,
Sekarang akulah, orang diujung jalan yang ingin disapa,
Mengarahkan pandangan ke arahmu,
Dan berharap agar pandanganku dicuri olehmu,
Berjalan berputar, mencari cari lambaian tanganmu diantara lambaian lambaian
Dan berusaha menangkapnya di setiap sudut sudut kerinduan,

Kalau kamu adalah sajak abu-abu hari kemarin,
Kenapa abu(mu) belum juga habis, usai?
Bukankah kamu telah meng{abu} dengan baik?
Kalau hanya terkadang saja ke-ada-anmu,
Kenapa sekalian saja tak pernah ada?

Dan kenapa masih, 
Aku yang seringkali mencari dalam ke-tiada-anmu, Abu (Seseorang yang tak menentu).”
\