Udah tiga hari ini aku nggak ketemu Arsy. Adik kecilku yang
baru itu, ikut Ibu ke Ponorogo buat ketemu sama keluarga baru disana. Aku sama
Ismail jaga rumah. Ada rasa kangen juga sih sama Arsy ehehe.
Oh ya, aku pernah bilang, pernah bikin julukan sih
sebenernya, kalau aku sama Ismail itu anak langit. Suka lihat langit pagi sama
suka lihat pelangi. Hari ini Arsy kelelahan, masih kecil udah pergi jauh jauh. Senyumnya
kurang energi. Mau merangkak juga lemes, sampai nangis pun dia nggak kuat. Tadi
sore, Arsy rewel. Nangis terus. Udah minum susu, udah digendong masih nangis
juga. Akhirnya aku gendong Arsy, aku bawa kedepan rumah yang diluar lagi hujan
gerimis. Aku pegang tangannya, buat nyentuh air hujan. Dan, Arsy diem. Suara
hujan memang teduh, penenang. Suara hujan itu terapi jiwa, suara alam yang
sejuk, menenangkan. Dan kali ini titik titik air hujan nenangin Arsy.
Lama aku duduk di teras rumah, dan tangan Arsy masih
kubiarkan terkena hujan. Dia melamun, atau mungkin dia kelelahan. Dan saat
dipanggil namanya, dia tersenyum. (adegan ini terjadi sungguhan, maaf kalau drama hehe)
Hei Arsy, aku tau kamu berbeda dari kami.
Namun, kita lahir dari Ibu yang sama bukan?
Dan memang sepantasnya kau adalah bagian kami, anak langit.
Sore ini, kau menunjukannya, bahwa kau adalah anak langit lainnya.
Yang menyukai hujan, dan bukan langit pagi
Yang menyukai hujan, dan belum tau apa itu pelangi
Arsy adikku, selamat.
Kau anak langit lainnya, sama sepertiku, sama seperti Ismail :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Share yukk :))