Selasa, 28 April 2020

The New Normal


#dirumaaja hari ke-35

Kalau difikir-fikir, untuk orang-orang yang termasuk kaum millenial sepertiku, banyak sekali hal yang aku alami sepanjang hidup. Dalam artian, perubahan peradaban (?) meski disini aku sangat bersyukur aku nggak terlahir pas jaman kerajaan, penjajahan atau peperangan. Pasti bakal berat banget hidupku, (ya kecuali aku terlahir dengan sendok emas dimulutku) tapi meskipun begitu, ngeliat banyak ketidakadilan di depan mata, juga merupakan bentuk lain dari penderitaan, ya seenggaknya buatku. (oke btw, ini percakapan dengan diriku sendiri yang lagi berandai-andai)

Next,

Seingatku (dibantu dengan cerita Ibu) sepanjang hidupku banyak kejadian yang mengubah perilaku manusia. Well, orang-orang di generasiku jadi saksi hidup perubahan ini. Mari kita fast flashback. Meski aku ga punya ingatan tentang krisis moneter 98, karena aku masih damai-damai aja sama kehidupan masa kanak-kanak ku, tapi Ibu pernah cerita betapa mengerikannya yang terjadi kala itu. Dari yang mata uang rupiah bernilai berapa sampai jadi bernilai berapa. Mungkin di tahun-tahun itu berat juga melewatinya, tapi orang-orang dewasa saat itu nyatanya bisa beradaptasi dan tetap hidup sampai sekarang.

Kalau yang ini aku masih ingat, tentang kepingan memori-memoriku saat masih kecil. Tentang aku yang tiap siang sampe sore main sama temen-temen sekampung. Iya literally sekampung. Ada kali 15-20 anak-anak yang main bareng, outdoor. Main gobak sodor, engkle, boy-boy-an, patil lele, cari jejak, benteng-bentengan, petak umpet (tapi ngumpetnya jauh banget hh) sama permainan tradisional yang super asik saat itu. (Ya Allah kok aku kangen hehe) tapi yang jelas, seru banget main tiap hari sampe kulit gosong tapi gapapa, main sama temen-temen cewe cowo ga ada tuh ciye-ciye an, ya main aja. Dan serame itu. Lalu perlahan waktu berlalu, ada Nintendo, Play Station, Game konsol, makin hari makin ada handphone, game online sampai makin kesini makin anak-anak jaman sekarang nge game nya pake smartphone doang. Ga ngerti main-mainan yang aku sebutin tadi. Sejujurnya pengen bilang kasihan sama anak-anak jaman sekarang haha, tapi, yeah, jaman berubah.

Terus aku juga masih inget, betapa isengnya aku mencet-mencet nomer telfon random di telfon umum, terus nyamar jadi host who want’s to be a millioner. Eh yang aku telfon percaya-percaya aja dan ngejawab beberapa pertanyaan2ku dengan semangat. Pas udah di pertanyaan ke tiga, aku tutup telfonnya. Kesian ya orangnya, maafkan aku bapak-bapak yang pada saat itu mengangkat telfonku. Hhhh mianhe. Trus kalo dulu nanya PR aku kudu jalan ke wartel dulu, milih wartel yang tarifnya paling murah, tapi gabisa lama-lama soalnya ntar mahal banget abisnya. Waktu berlalu, aku dikasih hp sama budhe, terus dibeliin sama Ibu, makin kesini orang udah lupa telfon umum, pengusaha wartel udah pada tutup soalnya semua orang udah punya handphone, tapi, yeah, jaman berubah.

Garis besar perubahan itu adalah teknologi yang namanya internet.

Aku gabisa bilang berubahnya jaman ini semakin buruk ya, aku masih ingat aku dulu termasuk salah satu orang yang paling anti belanja online karena ga percaya takut penipuan hhhh. Tapi liat sekarang, aku malah jadi orang yang males banget pergi ke mall buat belanja yang sekarang apapun udah bisa beli di e-commerce aku tinggal pilih, bayar sama duduk manis dirumah.

Semua hal yang aku sebutin tadi yang sekarang kelihatan ‘normal’ sebelumnya mungkin bisa dibilang ‘gak mungkin’ ‘gak terbayang’ tapi ya…..terjadi.

Dan di tahun 2020 ini sepertinya generasiku bakal jadi saksi hidup lagi atas sebuah perubahan. Yang sekarang sedang kita saksikan bersama. Meski sebenernya ini hal-hal remeh (?) kayak kebiasaan cuci tangan tiap mau masuk rumah, pakai masker kalau keluar rumah, kalau batuk ditutup pake siku, jaga jarak aman. Sampai hal-hal yang lebih serius kayak ibadah dirumah aja, aktifitas cuma boleh sampai jam 9 malem aja, kalau ga penting-penting banget mending dirumah aja, mending gausah jabat tangan-namaste aja, yang semakin kesini, yang awalnya mager banget lah nurut sama anjuran …tapi perlahan kita udah mulai terbiasa sama semua itu, perlahan semua itu akan jadi sesuatu yang ‘normal’. Meskipun untuk yang satu ini, kita dipaksa mengubah kebiasaan kita dengan sangat tiba-tiba, dalam waktu singkat.

Mengutip dari kata-kata Mbak Najwa di salah satu videonya, kurang lebih bunyinya kayak gini
“Sejak hari ini, hidup umat manusia memang tidak akan pernah sama lagi dengan sebelumnya. Sulit, pasti. Berat, sangat. Tapi kita manusia punya modal untuk menghadapi situasi ini. Apa itu? Kemampuan beradaptasi. Tidak ada spesies lain di muka bumi yang kemampuan adaptasinya melebihi manusia. Dengan perlengkapan akal, manusia pernah, sedang dan akan bisa menyesuaikan diri, lebih cepat dibandingkan spesies lain, seekstrem dan sesulit apapun kondisinya. Dan dengan iman, kita percaya bahwa Tuhan mempersiapkan manusia dengan amat sangat sempurna untuk membangun dunia apapun kondisinya.”

Serangkaian kata-kata itu cukup menggugah hatiku. Untuk lebih bisa menerima keadaan sekarang ini, untuk dengan ringan mempersiapkan kemungkinan yang tidak ideal. Dan ya, untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Karena Allah bilang, Dia tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan makhluknya. Di ayat lain Allah bilang, “Sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan.”

The New Normal is okay, bukankah memang, manusia itu selalu berubah?

Gapapa gapapa.




Senin, 27 April 2020

Sensitive


Menjadi mudah menangis
Menjadi mudah tersentuh
Menjadi mudah marah
Menjadi mudah merasa
Menjadi mudah menyerah
Kenapa semua menjadi mudah?

Jumat, 24 April 2020

Cabin Fever


Kurasa semua orang di dunia sekarang lagi ngalamin fase demam kabin itu, sebagai efek samping dari karantina mandiri, #dirumahaja. Tentu aja termasuk aku, tanpa keraguan.

Aku jadi gampang ngantuk, sering insecure, resah, demotivated, stress, gampang sedih, dan sering banget gatau mau ngapain.

Cabin fever adalah sebuah sindrom yang dialami orang-orang yang terlalu lama ada di dalam ruangan. Walaupun bisa dibilang aku belum ada di titik ngerasa ada di penjara sih, karena sejujurnya aku belum sefrustasi itu, atau memang ada sebagian dari diriku yang bahagia karena aku bisa ngelakuin semua hal  dirumah aja, termasuk kerjaanku.

Well, sekarang hari pertama bulan Ramadhan di tahun 2020.

Sedikit berbeda? Tentu banyak berbeda. Meski di masjid deket rumahku masih diadain sholat berjamaah, ditengah himbauan pemerintah buat beribadah dirumah aja. Aku sama Ibu sholat dirumah, Bapak sama adek, sholat di masjid. Aku udah remind dengan segala cara, tapi yaudah, mereka punya hak untuk milih pilihannya, dan aku dengan pilihanku.

Aku cuma berfikir aja, upayaku selama kurang lebih sebulan ini untuk #dirumahaja bakal sia-sia, meski Cuma sehari aja aku misalnya ga disiplin. Dan aku gamau ikhtiarku sia-sia. Allah Maha Mengetahui.

Sekarang nggak ada pilihan lain selain menerima keadaan ini. Beradaptasi, lalu menghadapi. Nggak ada cara lain. Apapun yang terjadi sekarang ini, hidup tetep harus berlanjut. Harapan bakal selalu ada kalau kita percaya.

Sekarang semua orang melakukan apapun buat bisa survive, dan semoga yang udah bisa survive juga mau bantu orang lain buat bisa survive juga, sampai semua ini berakhir.

Sebelumnya aku sempet juga ngerasain stress selama 1 – 2 minggu awal aku WFH, my brain was stuck. Gabisa mikir apa-apa dan ga pengen ngapa-ngapain. Nyoba ini itu buat mahamin diri sendiri maunya apa. Karena aku gamau kayak gitu terus, aku gasuka diriku sendiri kalau gabisa produktif.  Akhirnya aku nemuin ramuan ajaib buat bikin moodku on, kalau aku butuh mood itu.

Dengerin ASMR.

Aku nggak nyangka-nyangka banget, kalau otakku bakal mudah ditipu segampang ini. Buka youtube, cari nature sound, yang suaranya paling kedengeran jernih dan alami. Dan bimsalabim. Aku bakal ngerasa auto seger kayak lagi ada di alam aja gitu. Bisa milih juga mau dengerin apa (kalau ini sesuai selera sih) tapi yang penting adalah suara alam. Soalnya ngerjain kerjaan sambil dengerin lagu udah ga mempan lagi buat ngilangin stress dan balikin moodku pas lagi kena cabin fever ini. And it’s work !
Thankyou teknologi. Thankyou suara alam, Thanks God.

It’s very healing me.
Dan di titik ini, aku masuk ke fase mulai bisa berkompromi.

Rabu, 15 April 2020

Catatan Tahun 2020 : “Aku Harus Meninggalkan Jejak”


April 2020

Setengah sebelas siang, segelas beng-beng drink hangat, dan backsound kicauan burung lovebird yang cukup berisik tapi ga ganggu

Kali ini ga perlu terlalu mengumpulkan effort buat nulis ini, karena ada tenaga endogen dari dalam diriku yang membuatku tergerak untuk ‘mengabadikan’ apa yang yang kurasakan di tahun ini. It will be random post maybe, I just wanna write what’s on my mind right now.

Tahun 2020, tahun yang beberapa tahun lalu dibayanganku, aku bakal menikah di tahun ini karena ulang tahunku tahun ini ditanggal cantik, kece buat tanggal pernikahan. Oke, itu bayanganku di beberapa tahun lalu. Kenyataannya, aku masih sibuk sama diri sendiri dan perbaikan diri, udah mulai suka sama orang lagi, tapi orangnya gatau suka sama aku apa enggak, tapi untuk sekarang kayaknya belum. Heu. Oke lanjut.

1 Januari lalu, ada kabar duka di keluarga besar alm Ayah. Suami tanteku meninggal dunia, tepat di malam tahun baru. Kegiatanku diawal tahun ini adalah takziyah, menangis sekeluarga karena kehilangan saudara.

Aku nggak menyangka bahwa setelah itu ada kabar-kabar buruk yang lain. Dan ini berlaku untuk semua orang. Tahun ini, generasiku, merasakan yang namanya kedatangan ‘virus’. Jika kamu ingin tahu gambaran singkat tentang bagaimana keadaan yang terjadi sekarang, kamu bisa menonton film Contagion tahun 2011. Kurang lebih itu yang terjadi, namun dalam versi filmnya lebih di dramatisir. Mengenai film itu sendiri, aku baru nonton setelah banyak orang membicarakannya jadi efek kagetnya ga gimana-gimana. Tapi cukup dibuat gedeg juga, kenapa, yap….. 10 tahun lalu, penulis film itu sudah menulis ceritanya. Kemungkinannya, pertama, kebetulan. Kedua, dia peramal. Ketiga, dia dapet data rahasia.

Entah mengapa, aku percaya dengan kemungkinan ketiga. Karena film itu terlalu detail untuk sebuah kebetulan dan terlalu saintis untuk seorang cenayang. Well balik ke dunia nyata.

Ah, ya. Virus ini dinamai COVID-19. Corona Virus Disease 2019. Karena pertama kali muncul tahun 2019. Berbeda dengan di film yang penyebab awal virus bisa di tracking, yang terjadi di dunia nyata, enggak semudah itu. Karena penyebaran virus ini bertepatan dengan momen Tahun Baru Imlek, yang mana ya….orang-orang china pada pulkam, terus pas balik ke negara rantauan, tanpa mereka sadari mereka membawa virus itu. Tapi disini aku ga bermaksud nyalahin siapa-siapa, karena siapa juga yang mau kena virus itu? Kurasa mereka pun ga mau. So, virus ini mungkin memang udah ditakdirkan turun di tahun 2020 ini.

Meskipun virus itu udah muncul 2019, tapi Indonesia masih santuy abis pas awal-awal virus itu muncul. Banyak meme dan dagelan-dagelan yang pas itu masih lucu pas aku baca. Sampai pada bulan Januari-Februari aku mulai ngerasa bahwa meme itu udah mulai ga lucu lagi. Kerjaanku, yang bikin aku banyak baca ini itu, secara ga langsung ngebuat aku baca banyak hal termasuk berita internasional ini, yang makin lama makin mengkhawatirkan. Aku Cuma berfikir, kayaknya tinggal tunggu waktu virus itu nyampe di negara ini.

Saat itu aku juga udah mulai mempersiapkan diri, udah beli handsanitazer, bikin disinfektan, makan ini dan itu, serta satu hal yang paling susah yaitu, mengedukasi keluargaku sendiri supaya lebih aware sama diri sendiri. Jujur awalnya berat banget, tapi karena aku ga pengen aku menyesal sama diri sendiri, jadi aku rajin cerita ini itu ke ibu, ke adek-adekku, sampai akhirnya mereka ngikutin apa yang omongin. Kamu pasti juga melakukannya kan, berusaha sekuat tenaga jaga keluarga :)

Tulisan ini pun dibuat saat aku ngerjain kerjaanku di rumah, alhamdulillah sekarang pekerjaanku termasuk yang bisa dikerjain di rumah. Diluar sana, sekolah-sekolah dan kampus diliburkan. Banyak juga orang yang kerja dirumah, juga banyak orang yang kehilangan pekerjaannya karena dampak dari kebijakan yang mau gamau harus dilakukan untuk menekan korban kematian karena virus ini, dan ya memang hanya itu caranya.

Masih banyak yang ingin aku ceritakan, akan aku lanjutkan di hari-hari setelah ini.
BERTAHANLAH, teman-teman :)