Rabu, 30 April 2014

Tersudut


- Dimalam yang riuh dalam mesin pemutar acak, dengan iringan gitar mengalun memudarkan riuh menjadi penenang...


Ada satu kisah yang ingin dihentikan. Di tekan tombol ‘stop’ nya. Aku tidak meminta, namun Aku tidak ingin terlalu keras kepala lagi. Mungkin benar kata orang, “diam itu emas.” Sebab itu, Aku tak ingin banyak bicara lagi. Biarlah merasa sendiri, terasa sendiri, setiap ucapan yang tertulis dan tulisan yang seakan terdengar. Aku yakin setiap insan punya hati. Meskipun mengabaikan, namun jika suatu hari muncul kembali, semua yang terekam bisa terputar begitu saja.

Sekarang hanya bisa melihat, semua yang sebelumnya sembunyi. Pemaafan yang terasa jadi tidak sakral. Mudah diminta dan diulangi, repetasi sajak kesalahan. Seakan perkataan itu bisa datar dibaca tanpa ada fluktuasi emosi yang entah tak pernah bisa ditebak grafiknya. Atau barangkali Tuhan sedang menjawab doaku tentang ini itu. Dan ini adalah cara Dia menjawab. Aku sama sekali tidak menyangka, etika-etika yang pernah diajarkan itu hanya teori belaka. Dan Aku selalu berada diposisi yang selalu tidak enak dilihat dan didengar. Mungkin ini semacam latihan treatmil buat Aku, untuk tersenyum disaat-saat yang sangat tidak enak, tidak nyaman. Berada disudut yang tidak pernah ku suka, namun Aku lebih sering diposisikan di tempat itu. Sejujurnya, Aku benci.

Aku tidak berniat untuk mengatakan Aku kecewa, karena kisah-kisah terkadang bisa ditebak. Klise. Hanya menunggu waktu saja. Aku sudah berusaha merubah alurnya agar tidak berakhir dengan pola yang begitu-begitu saja, namun usahaku disalah artikan. Sayangnya begitu. Aku tidak berniat mengatakan sudahlah, karena lelahku sudah sejak beberapa waktu lalu. Dan berkata sudahlah seakan seperti seorang yang mudah patah arang, sedangkan Aku sedang menggeliat-menggeliatnya. 

Aku hanya penangkap warta. Bukan pencari. Di jaman secanggih ini, semuanya bisa melintas begitu saja. Entah ingin, entah tak sengaja. Merasa punya pengagum itu boleh saja, asal sudah memastikan bahwa pengagum itu sungguhan. Bukan abal-abal. Kalau belum memverifikasi dan berkoar tentang pengagum-pengagum yang tadi, kurang bijak bukan? 

Yang terakhir, barangkali ini sebuah tulisan yang ingin Kau baca. Aku tidak ingin mengurangi apapun. Kalau Aku berkata, ‘’Aku mengerti”, itu bukan karena Aku tau segalanya, namun hanya karena Aku merasa ‘sudah cukup’.

Stop.

Jumat, 18 April 2014

Review Samson Meteor Mic Usb




Well guys, ini ada sedikit reviewku tentang ‘Mic Samson Meteor’ yang aku beli beberapa waktu lalu. Nulis ini karena susah banget cari ulasan bahasa indonesianya. Nah, buat kamu yang lagi mau beli mic dan cari referensi. Semoga tulisan ini bisa membantu kamu! (reviewnya ala aku ya hihi)






Setelah proses pencarian referensi di google dan youtube beberapa hari, akhirnya pilihan ku jatuhkan kepada mic ini. Pertama, karena aku belum punya ‘soundcard’ jadi aku cari yang kabelnya usb. Kedua, mic ini udah termasuk mic condenser. Ketiga, harganya terjangkau. Untuk daerah Surabaya sini, harganya 700 ribuan. Keempat, designnya lucu, mungil, tapi hasilnya keren, hmmm ya lumayanlah untuk harga segitu.

And guys, aku merekomendasikan mic ini buat kamu yang suka bikin cover lagu, atau rekaman dengan kualitas yang lumayan. (Belum bisa dibilang professional sih, tapi ini jauh diatas amatir). Mic ini simple, dan compatible untuk semua OS dan semua software audio. Nggak pake install driver atau segala macemnya. Oh ya rekam pake mic ini juga nggak delay/ada latency nya (caranya colokin kabel headset ke micnya) jadi suaranya realtime. Gain inputnya besar. Kalau masalah noise, semua mic pasti ada noisenya, apalagi ini micnya lebih peka. Jadi untuk mendapatkan hasil yang ‘jernih’ atau low noise, rekaman nya ditempat yang hening. Nggak ada suara AC/ kipas angin, tv, percikan air, suara burung, suara hujan, suara kucing, atau bahkan suara-suara tetanggamu. Hehehe. Kan memang idealnya di ruangan khusus yang ada peredamnya, tapi kalau belum ada, ya pinter-pinternya kita mensiasatinya aja.

Ini aku udah bikin sample suaranya, dengerin coverku yang ini ya hehe :)


Thanks for read :D

Senin, 14 April 2014

Hey, New World !



Heilo Good Readers, apa kabar? :)
Semoga kabarmu sebaik kabarku ya, amin.

Sebenarnya, Aku hanya ingin meninggalkan sedikit jejak di bulan April ini. Menyempatkan menulis, emmm mengetik maksudku, agar Aku ingat, bahwa Aku sedang belajar jadi pemulai, belajar jadi pemberani.

Belakangan ini, aku punya kesibukan baru. Sedang merintis komunitas Soundcloud Surabaya bersama teman-temanku. Teman-teman, yang kutemukan di Soundcloud. Dan jujur saja, aku sedang membuktikan kalimat “Dunia maya itu ajaib.” Dan memang begitu adanya. Hihi. Untuk memulai semuanya butuh keberanian dan ‘tekad’ yang besar. Dan aku merasa beruntung, dipertemukan dengan orang-orang yang punya ‘kurang-lebih’ keinginan yang sama denganku. Rasanya, menyenangkan.

Memang, konsekuensinya banyak. Dan aku bersyukur juga, bisa bertemu dengan mereka yang mau ngajarin dan nerima aku yang butuh banyak bimbingan ini. Ini komunitas pertama yang aku ikuti sekaligus aku turut merintisnya. Jadi sepenuhnya ini pengalaman dan hal baru buat aku. Jadi sering ke Surabaya, buat sekedar ngumpul sama ‘Tim Horee’ (ahaha, aku biasa nyebut mereka begitu. Nanti aku kenalin satu-satu), meet up, bertamu ke acara komunitas lain, dan berkunjung ke radio-radio. Dan kesemuanya, menyenangkan.  Walaupun badan ini rasanya remuk redam (masih dalam proses adaptasi dengan hal baru ehehe) :D

For the first, Aku kenalkan ‘Tim Horee’ . Teman-teman baru yang kalau ngumpul bisa rame banget dan punya topik pembicaraan entah kapan ada habisnya haha, yang jelas aku nggak pernah nggak ngakak kalau ketemu orang-orang ini. 

(dari kiri) Aku-Kak Pina-Mbak Idda(kerudung ungu)-Mas Rico(hem kotak-kotak)-Mas Arya(pake jaket)

Yang pertama, Mas Rico. Selebcloud asal Surabaya. Hehe. Kalau sama orang ini udah kenal dan pernah ketemu dan pernah diajakin duet dan udah nggak asing lagi. Tapi sebenernya dia Tim Horee yang paling serius. Paling renyah buat bahan bulli-an, tapi juga paling berat ide-idenya, brilian. Yang kedua, Kak Pina. Kakak yang dipertemukan denganku atas mention-an Kak Kanya (Soundclouders Yogya) nah loh. Suka sama lagu-lagu folks. Kakak bergigi kelinci yang doyan banget makan pisang. Cerianya meletup-letup ehehe. Dan seringkali ngerasa ‘sefikiran’ dengan kakak ini, ehehehe. Ketiga, Mbak Idda. Seorang yang terdaulat menjadi manajer karena emang dia serupa manajer. Dia hafal semua jadwal dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Ngerti market dan blablanya. Selain karena dia yang paling bawel juga ahahaha piss. Dia pernah bilang kalau dia anak hiphop berhati mellow. Walaupun isi soundcloudnya lebih banyak ‘desahan’ eh, baca puisinya ehehehe. Keempat, Mas Arya. Personel D’Conts spesialis beatbox yang diajakin Mbak Idda buat gabung juga di komunitas ini. Selain Mas Rico, Mas Arya juga salah seorang yang bisa dibilang kondang, ehehe jam terbangnya udah banyak sama D’Conts. Sebenernya ada satu lagi, namanya Jojo. Jago banget bagi-bagi suara. (maksudku ngatur pecah suara) Tapi dia masih sedang sibuk dengan tugas kuliahnya, jadi dia jarang bisa ngumpul. Tapi tetep keep in touch, lewat grup line yang nggak pernah sepi.

#GenjrengBersama at Kebun Bibit 1 @SoundcloudSBY dan teman-teman komunitas lain :D

Selfie anywhere :p

Sesaat setelah @SoundcloudSBY interview di RRI Pro 2 95,2 Fm. :D

Well guys, aku nggak pernah nyangka, responnya bisa seperti ini. Dan ada beberapa agenda di depan yang harus diselesaikan. Akan melelahkan namun insya allah menyenangkan juga :). Harapanku, semoga ini bisa jadi komunitas yang bermanfaat bagi orang banyak. Tempat berbagi dan belajar tentang banyak hal. Bertemu dan mengenal orang baru, teman baru, dan sahabat-sahabat baru. Kalau cocok, bisa juga berkarya bersama. Dan kawans, bersiaplah, 'Kita akan buat panggung kita sendiri!' :)
 
Surabaya juga kotanya seniman, aku percaya itu. Banyak orang berjiwa seni disini. Mari menuangkannya, kita perbanyak tempat menuangnya :))

Tunggu kabar lanjutannya. Tunggu karyaku selanjutnya ya :)
Thanks for read :D


 

Selasa, 01 April 2014

Surat Untuk Mantan




Untuk Kamu, yang pernah rutin mengisi hariku.

Masih ingat lagu favorit kita berdua dulu? Kamu pernah bilang kamu tidak akan pernah lupa lagu itu. Aku masih menyimpannya. Lagu yang ku tulis dan kau tambahkan alunan indah suara pianomu. Walaupun kini segalanya sudah tak sama lagi, Aku masih sering memutarnya. Itu lagu favorit kita kala itu.

Malam ini, lagu itu tak sengaja terputar di playlist notebook ku. Serupa mesin waktu, Aku seperti terlempar diantara ingatan, kenangan tiga tahunan lalu. Ketika kita bersama setiap hari, ketika kita punya banyak waktu untuk dibagi, ketika cerita sekecil apapun menjadi begitu penting, ketika kita tak berjarak. Lagu itu memang ku buat saat Aku merasa Kau bawa terbang, Aku sangat bahagia kala itu. Bahkan Aku merasa akulah gadis paling beruntung, karena Kau memilihku untuk menjadi yang kau bahagiakan.

Pause. Aku mengenangmu terlalu jauh. 

Lagu terhenti, sekarang ingatanku tentangmu yang lain bermunculan. Ketika Kau begitu saja meninggalkanku, tanpa berusaha memintaku menahanmu pergi. Kau pergi, dengan perasaanku kepadamu yang terlanjur Kau bawa lari. Aku belum sempat menanyaimu, kenapa Kamu setega itu kepadaku? Pergi disaat Aku merasa sangat bahagia bersamamu. Aku tidak terbang, tentu saja. Namun Aku juga tidak jatuh. Kau benar-benar pemain rasa terhebat. Bisa membuatku bahagia dan terluka secara bersamaan. 

Saat Kau membaca surat ini, apa Aku sudah cukup membuatmu mengerti? Tentang apa saja yang telah Kau lakukan dengan perasaanku? Mungkin memang sudah tidak penting lagi bagimu untuk membahas ini, bagiku juga. Aku menulis ini agar Kau punya bukti otentik dariku. Bahwa Aku pernah Kau buat bahagia dan terluka secara bersamaan. 

Jangan tanya bagaimana perasaanku kepadamu sekarang. Sedangkan Kau disana sedang mencoba mencari penggantiku, yang katamu sampai kapanpun Aku tidak pernah tergantikan. Ah, lagu kita itu, ku berikan saja untuk orang lain yang membutuhkannya. Aku sudah tidak ingin ingatan yang dibawa lagu itu ku ingat lagi. Lagu milik kita, ‘Ingatan Terbahagiaku’. 

Kamu, yang pernah rutin mengisi hariku. Kau pasti tau Aku tidak mungkin membencimu. Seperti halnya Kau tahu, Aku tidak ingin merasakan luka kedua kalinya.



Yang tak akan pernah kembali,


Ersya.




* Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #SuratUntukRuth novel Bernard Batubara.