Dan akhirnya aku merasakan apa yang dinamakan melayang,
terbang. Ini adalah penerbangan pertamaku, yang aku lakukan dengan tidak
sengaja. Iya ini semacam hadiah, yang entah tiketnya tiba tiba ada disamping
tempat tidurku saat aku bersiap tidur.
Aku terbangun diantara penumpang lain yang masih tertidur. Sambil
menggenapkan seluruh energiku yang mati suri, tiba tiba ada seorang wanita
cantik, tinggi semampai, punya senyum sempurna, rambutnya rapi berharnet. Pasti,
itu pramugari pesawat ini. Ia berjalan didepan garis tengah kursi penumpang. Aku
yang duduk agak dibelakang dan dijajaran kursi tengah berusaha melihat pramugari
itu, yang sepertinya hendak mengatakan sesuatu. Sebentar. Ada apa orang orang
ini? Kenapa masih pulas tertidur? Dan mungkin pramugari itu menyadari hanya aku
yang masih terjaga. Lalu dia menoleh kearahku dengan senyum. Iya, senyum
sempurnanya.
“Selamat datang di “Cenayang Airways”. Terima kasih telah
menggunakan penerbangan kami, beberapa saat lagi Anda akan memasuki negeri “Realitas
Mimpi”. Namun sebelum sampai kesana, kami akan membawa Anda melewati beberapa
negeri. Nikmati perjalanan Anda, kami selalu mengiringi”
Pramugari itu kemudian berlalu dengan senyum sempurnanya. Kenapa
sebentar saja dia berdiri disitu? Kenapa hanya sedikit kalimat yang dia ucapkan
lalu pergi? Aku suka senyumannya. Dan yang baru saja itu seperti ucapan pembuka
acara, ya anggap saja begitu.
Angin berhembus. Entah angin lewat dari arah mana. Tiba tiba
udara yang ku hirup sedikit sesak, iya, sedikit saja. Aku masih bisa bernafas
dan tidak kehabisan. Sejenak Aku mendengar, suara hembusan nafas penumpang lain
yang masih tertidur pulas, menjadi beraturan, seirama. Dan perlahan, diantara
irama nafas beraturan yang beberapa menit ku dengar, aku merasa ada hawa yang
merasuk dalam tubuhku, bosan.
Ada seorang pramugari cantik lainnya yang menampakan diri. Dia
cantik, tapi senyumnya tak sebagus pramugari yang tadi. Dia senyum, namun
senyumnya terasa berat sedikit, iya, sedikit saja.
Aku menengok kanan kiri, dan yang lain masih tertidur pulas.
Dan kali ini entah, pramugari ini langsung menoleh kearahku (lagi). Aku,
memperhatikannya saja.
“Selamat datang di negeri ‘Realitas’. Negeri dengan batas dan aturan aturan. Negeri dimana
langit Anda, tak lebih tinggi dari atap rumah Anda. Yang luasnya tak akan lebih
luas dari halaman dan kebun kakek nenek Anda. Disini segalanya teratur, diatur.
Semua yang berjalan dan berlalu, akan begitu jalan ceritanya. Inilah Realitas.
Beberapa orang menyesal didalamnya, dan sisanya merasa beruntung karena telah
sampai disini. Disini, waktu berjalan sangat cepat. Dimana kesempatan hanya
datang sekali. Dan ketika melewatkannya, serasa ada harta yang disiakan.
Disini, Anda hidup dalam nyata. Berminat berkunjung? Kami siap mengiringi..”
Pramugari itu tersenyum, lalu pergi. Seketika, hembusan
udara menjadi melegakan. Dan suara hembusan nafas penumpang lain, menjadi
bersahutan lagi. Dalam hati, Aku rasa mereka bermimpi indah. Iya, mereka begitu
pulas tertidur. Aku merasa nyaman lagi di kursi penumpang yang entah menjadi
begitu hangat, dan membuatku ingin tidur seperti penumpang lain. Diantara
beratnya mataku untuk terbuka, Aku melihat pramugari lainnya kurasa, sepertinya
dia akan mengumumkan sesuatu. Beda dari pramugari sebelumnya, dia terlihat
cantik dan ceria, penuh senyuman renyah. Lalu, dia mengatakan sesuatu..
“Selamat datang di negeri ‘Mimpi’. Negeri tanpa batas dan
Anda bebas membuat aturan. Negeri dimana langit Anda bisa setinggi apapun yang
Anda mau. Yang luasnya sama dengan prasangka Anda mengukur luasnya. Disini
segalanya bebas, dibebaskan. Semua yang berjalan dan berlalu, bisa Anda buat
sendiri jalan ceritanya. Inilah Mimpi. Beberapa orang merasa beruntung
didalamnya, dan sisanya menyesal karena terlalu lama disini. Disini, waktu
berjalan seakan melambat. Dimana kesempatan terasa akan datng berkali kali. Dan
ketika melewatkanya, serasa ada harapan yang bisa diulang lagi, dicoba lagi. Disini,
Anda hidup dalam angan. Berminat berkunjung? Kami siap mengiringi..”
Setelah senyumnya yang agak lebar, dia pergi..
Setengah tertidur, dan mungkin “bermimpi” Aku berusaha
mendengarnya, Aku masih mengantuk. Namun sepertinya Aku akan sampai. Sampai ke
tempat yang tertulis di tiketku tadi. Dalam hati aku lega, semuanya akan segera
berakhir.
Pramugari yang punya senyum sempurna tadi muncul lagi,
“Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan,
akhirnya sampailah kita di negeri ‘Realitas Mimpi’. Negeri dimana orang orang pergi
dan akan memilih pergi. Anda telah
sampai. Hiduplah selayaknya orang hidup. Bermimpilah selayaknya orang bermimpi.
Realitas, tak melarang Anda bermimpi. Mimpi, membebaskanmu pergi mencari nyata Anda.
Berminat kembali melayang? Kami siap mengiringi perjalanan Anda lain hari,
selamat bertemu lain hari”
Realitas itu hidup. Mimpi itu menghidupkan.
Hidup dalam ke-realitas-an, jangan membuatmu enggan bermimpi
Hidup dalam mimpi, jangan membuatmu menjadi tidak realistis
Aku mendapati diriku tertidur. Sedangkan aku hanya sendiri,
tak ada penumpang lain. Lalu ada pramugari lain yang muncul. Dia sangat
berbeda, sedikit pucat dan menyeramkan.
“Selamat datang di ‘Cenayang Airways haluan 2’. Penerbangan
Anda belum akan berakhir…”
NB :
Ini bukan cerita horror
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Share yukk :))