Senin, 11 Maret 2013

Kualitas-Kuantitas, Apresiasi-Estetika


Story 1 :
Aku pernah membeli buku yang ditulis oleh penulis yang cukup terkenal. Covernya bagus, taglinenya menarik dan dipajang ditempat paling depan di toko buku dengan tulisan “buku laris”. Akhirnya aku membelinya karena sepertinya isinya menarik. Walaupun aku harus mau merelakan uang jajanku yang nge-pas banget buat beli novel itu. Pas dirumah, aku baca. Dan, aku ngerasa salah beli. Banyak kata kata bagus di buku itu, tapi satu, ngebosenin. Bahkan sampai sekarang aku cuma baca sekedarnya aja, karena isinya nggak semenarik covernya, menurutku.

Story 2 :
Aku pernah iseng ke toko buku. Nggak ada niat buat beli buku, cuma baca aja. Waktu itu aku baca buku, semua buku yang kebuka segelnya aku baca. Sampai pada akhirnya, aku seperti menemukan harta karun. Aku menemukan buku yang ketika aku baca, ada seperti aliran rasa penasaran dan keingin tahuan untuk meneruskan membaca halaman demi halaman. Dan, aku jatuh cinta pada buku itu. Oh ya, aku menemukan buku itu di rak paling bawah diantara buku buku yang tersusun tak serapi yang lainnya. Bukunya juga sudah lumayan lapuk untuk dibilang baru. Covernya sederhana, taglinenya bisa bikin orang mengernyitkan dahi. Tapi justru itu aku suka. Akhirnya aku memutuskan untuk membawa buku itu ke kasir (tentunya aku membawa pulang yang masih segel, hehe) dan kebetulan harganya terjangkau uang saku. Pas dirumah, hanya beberapa jam buku itu sudah berhasil kulahap habis. Sering ku baca berulang ulang, dan sampai sekarang, aku masih ingat kalimat kalimat dibuku itu. Awesome kan?

Well, mungkin bingung dengan maksud kedua story itu ya, hehe. Jadi begini, tadi aku berdialog tentang buku.

“Buku “X” berapa ya harganya?” tanya seseorang kepadaku

“Harga buku “X” (sekian puluh ribu).” Jawabku

“Yah, itu murah banget.”

“Iya murah, berarti beli ya..” ejekku.

“Kalau murah berarti jelek.”

Sebentar.
Kalimat terakhir itu agaknya mengganjal buatku. Bahkan dia belum membacanya sudah bilang begitu. Jujur aku nggak terima. Bukan karna yang mau dibeli itu adalah buku dari penulis favoritku. Tapi ini sebuah, emm semacam perendahan karya.
Sekarang begini. Memang tak bisa dipungkiri bahwa “kualitas menentukan kuantitas”. Semua pasti setuju. Jika kualitasnya bagus, maka harganya juga pasti lebih “mahal”. Atau sebaliknya “kuantitas menentukan kualitas”. Jika harganya mahal, maka kualitasnya sudah pasti bagus, misalnya. Well itu teorinya.

Dalam hal kedua buku yang kuceritakan tadi, ada sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan kuantitas untuk mengetahui kualitasnya atau melihat kualitas dari kuantitasnya, kenapa begitu? Karena ini karya. Kita akan tau bagus tidaknya, berkualitas atau tidaknya sebuah karya setelah kita menikmatinya, merasakan, menghayati, barulah memberi apresiasi. Dan tidak terbalik urutannya. "Harusnya kamu lebih tau cara mengapresiasi karya dengan baik kan? tentang nilai nilai estetis yang tidak hanya dipandang sebelah?" kataku dalam hati kepadanya


Buku yang pertama, kenapa bisa dibanderol dengan harga sekian?

Karena penulisnya, dulu pernah menulis sebuah buku yang cukup “kontroversial”. Yang tentu saja membuat namanya “lebih” dikenal sehingga akhirnya karya karyanya yang selanjutnya lebih diburu penikmat buku. Walau aku yakin, buku selanjutnya belum tentu sefenomenal yang pertama, sudah kubuktikan yang ku baca ini. Tak membuatku cukup beranjak untuk membacanya lagi. Dan namanya sudah termasuk dalam deretan penulis yang sudah dikenal luas, dan “kontroversialnya” itu cukup komersial.

Buku yang kedua, kenapa dibanderol hanya dengan harga sekian padahal kurasa setiap kalimatnya adalah mahal?

Karena penulisnya, bisa dibilang masih baru. Belum banyak yang tau. Padahal tulisannya cukup kritis dan membuka fikiran kita untuk memikirkan hal sederhana yang tak pernah terfikirkan. Jauh dari kontroversi, karena bahkan isinya membuat pembacanya lebih dekat dengan Tuhan tanpa mereka sadari. Namun itulah yang membuatku semakin suka.

Well Readers, kesimpulannya adalah emm, kamu boleh menyimpulkan sendiri, hehe. Dari aku, Banyak penulis di Indonesia, mungkin ada ribuan. Buktinya, toko buku tak pernah kehabisan stok buku dari penulis termasuk penulis baru. Walaupun kita semua tau, hanya beberapa dari mereka yang namanya dikenal oleh banyak orang. Namun bukan berarti sisanya tidak sebagus yang dikenal itu, hanya saja mungkin kesempatan pembuktiaanya yang kurang, selain factor “x” yang lain. Atau bisa juga karena kurangnya kontroversi dan sensasinya? bisa juga. 

Buat kamu Readers yang suka baca atau beli buku, sesekali cobalah melakukan hal sepertiku hehe. Ke toko buku dan membaca buku, bacalah banyak buku. Entah covernya bagus atau enggak, entah taglinenya menarik atau enggak, entah harganya mahal atau enggak. Mungkin setelah itu, kamu juga akan bisa menemukan harta karun sepertiku. Menemukan buku dari penulis yang berpotensi hebat, namun belum dikenal banyak orang. Menemukan pemikiran dan sudut pandang baru. Dan tidak hanya disuguhkan dengan karya yang itu itu saja. Cobalah hal baru ya Readers :)

Semoga bermanfaat :)
Baca, nikmati, rasakan, hayati, lalu apresiasi :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share yukk :))