"Harta itu, semakin besar, semakin mahal, semakin lelah kamu menjaganya. Tapi yang namanya ilmu, semakin dalam, semakin luas, semakin kuat, dia yang akan menjaga kamu" - Air Mata Terakhir Bunda
Bumi, 9 Oktober 2013 – Cito, perbatasan Surabaya-Sidoarjo
Semacam kerinduan dengan hal gila, hari ini, aku pergi jalan
jalan sendirian, eh bukan, pergi nonton film sendirian. Seingatku, dulu aku
juga pernah melakukan hal gila, dua tahunan lalu, padahal aku sempat berjanji
untuk tidak melakukannya lagi, tapi maaf, aku mengingkarinya sendiri karena aku
tidak ingin ada yang menangis. *dialog film tadi* hehe, wushh lanjut.
Berawal dari chat seorang teman yang jarang memberiku kabar,
dan kemudian dia menyapaku lalu tidak menanyai kabarku. Menyapa, hanya untuk
memastikan aku masih hidup dan tertarik dengan hal-hal. Memastikan, bahwa sudahkah
aku menonton film terbaru dan berkualitas? Dan bukan malah memastikan kabarku
baik baik saja atau tidak. Menyebalkan, tiba tiba seolah memarahiku pagi pagi
karena aku belum menonton film yang bahkan aku nggak tau kalau film itu lagi
main di bioskop. Sejujurnya, aku suka menonton film, terutama di bioskop. Tapi
aku nggak terbiasa pergi nonton tanpa teman, sedangkan nggak semua orang suka
nonton film dengan selera yang selalu sama. Itu. Dan hari ini, entah semacam
merasa seperti ada dialog tersirat “Kudet banget sih kamu, film yang deket
bikinnya aja kamu nggak tau. Film karya anak bangsa sendiri kamu malah nggak
tau. Gimana perfilman Indonesia bisa maju, kalau orang orang kayak kamu nggak
ada antusias nonton film buatan anak negeri?” seperti tersirat begitu, tapi
beneran, aku nggak tau film ini. Dan biar tau, hari ini aku nonton filmnya. “Airmata
Terakhir Bunda”. Sebenernya aku mau nonton film ini senin depan sambil liburan,
dan karena ada fikiran sinis semacam ini, *sebelumnya maaf, bukan bermaksud
apapun* “Film Indonesia? Drama kehidupan? Judulnya apa kok nggak tau? Iklannya
nggak gencar ya? Per-shift tayang cuma 20an orang yang nonton? Mau tahan berapa
hari di bioskop?”. Wushhh- well aku memutuskan buat ngeluangin waktuku sore
ini, sebelum fikiran enggak enggakku yang tadi semakin menjadi jadi sinisnya.
Dan belum selesai sampai disitu, awalnya aku mau nonton di PTC aja, lumayan
deket rumah, ternyata setelah dicek, filmya cuma tayang di
cito21,delta21,tunjungan21. Tiga studio kecil, tiga studio minoritas, tiga
studio yang jauh dari rumah.
Setelah memikirkan alokasi waktu dan jarak dari tempat kerja
dan waktu pulang kerumah setelahnya, akhirnya aku milih cito21. Dan ada semacam
tragedi kecil. Dalam rute yang benar, aku bisa sampai 20-25 menit ke cito. Pulang
jam 16.30 dan filmnya tayang 17.05, masih keburu. Tapi tadi, aku melewati rute
yang salah alias nyasar. *FYI, sebenernya Aku jarang banget nyasar* . Dari
Karah harusnya aku lurus aja, dan bukan belok kanan. Tapi karena sudah
terlanjur, dan tadi aku memang milih belok, jadinya aku jalan terus aja dan
nggak puter balik. “Setiap jalan pasti ada ujungnya. Setelah bertemu dengan
jalan yang lebih besar, kamu telah berada di jalan utama, tempat semua lewat. Tetap
berjalan diarah yang sama, meskipun nyatanya memang lebih jauh, namun yang
terpenting kamu tetap akan sampai di tujuan, meski dengan sela waktu berbeda.” –
puisinya orang nyasar ini -___-. Tapi ini beneran, tadi yang aku fikirin kayak
gitu, jalanan yang sama sekali aku nggak tau (awalnya) aku tetep jalan aja
terus sampai ketemu jalan utama. Dan ya ya, aku nyasarnya kejauhan ternyata :’).
Well meskipun salah rute, Aku berhasil sampai di 21, jam 17.10. telat 5 menit doang,
*berasa jadi pembalap- tapi nyasar* hehe.
Okey, sekarang kita bahas filmnya. *ini dari sudut pandang
penikmat film ya, bukan pengamat film*. Film “Airmata Terakhir Bunda”, ber-setting
di Sidoarjo tahun 90an, disutradarai Endri Pelita. Ceritanya cukup Indonesia,
dengan latar belakang keluarga yang kekurangan, punya mimpi besar, dan berakhir
dengan mimpinya terwujud. Klise. Tapi bukan itu highlightnya, sesuai dengan judulnya,
sangat jelas bahwa tokoh utama difilm ini adalah seorang Ibu, dengan paradigma
dan pemikiran kerasnya dalam mendidik anaknya untuk menjadi anak yang terbaik. Ibu kuat dan tangguh, yang berusaha keras memenuhi kebutuhan anaknya, tegar, tegas namun penuh kasih sayang. Banyak scene yang cukup jelas menggambarkan Ibu disini setegar apa, dan sesejati itulah dia menjadi Ibu. Kedua, mungkin ada beberapa hal yang tidak sengaja aku tangkap, penggunaan bahasa daerah yang nggak ada subtitle
bahasa Indonesianya. Aku nggak tau juga sih, di kota lain dikasih subtitle apa
enggak. Karena aku orang jawa sini, jadi aku sangat familiar dengan dialog
dialognya, tapi kalau ini ditayangin di seluruh Indonesia dan tanpa subtitle,
mungkin kalau aku orang Sumatra, aku nggak akan cepet nangkep ceritanya.
Ketiga, film ini nggak ada soundtracknya. Itu sayang banget. Aku memang sempet
nangis (sedikit) sih memang, tapi cuma sedikit, padahal film model begini
paling gampang bikin aku nangis. *orang mellow-an soalnya* kalau ada
soundtracknya, bisa nginget nginget gambar difilmnya sendiri pas lagunya
diputer. Walhasil, filmnya akan lebih nge-jleb nantinya, menurutku. Keempat.
Aku terkesan banget sama pemeran ‘Delta kecil’. Kenapa? Karena cuma dia, dari
sekian pemain, yang berhasil bikin aku terharu, bahkan sampai tulisan ini
diposting :’). Aktor masa depan ini, hehe. Cool !!. Kelima. Yang menarik adalah film ini juga mengenalkan tentang seni budaya orang Sidoarjo *jarang banget ada film ada unsur edukasi begini* dan karena settingnya di Sidoarjo jadi ngerasa ada kedekatan pas menonton filmnya. *bukan yang lain lain loh ya hehe*. Ada kampus ITS juga loh, pasti kalau kamu mahasiswa ITS jadi ikutan terharu pas Delta bilang "Aku diterima di ITS" :')
Terlepas dari hal gila, hari ini aku berhasil membuktikan
bahwa, ‘Aku sudah besar’. Aku sering bilang ke teman temanku bahwa jalan jalan
ke mall atau kemana mana sendirian itu adalah hal konyol. Apalagi buat orang
yang suka nanya dan bahas hal yang gak penting kayak aku. Kalau nggak ada temen
ngobrol, terus ngapain jalan jalan sendirian?. Iya, aku sudah besar sekarang. Dan
menyadari bahwa, jalan jalan sendirian itu tidak konyol kalau tujuannya jelas. Nggak
papa jalan sendiri, yang penting bisa jaga diri. Tips kecil buat kamu
Goodreaders cewek yang barangkali *terpaksa/tanpa sengaja* jalan sendiri,
tenang jangan panik, teman ada dimana mana. Pastiin tujuanmu jelas. Lewati jalan
yang terang dan ramai. Konsentrasi dan hilangkan fikiran negatif. Buat kamu
yang penakut, inget, ini kesempatan kamu buat jadi orang paling berani sedunia,
berani ngelawan rasa takutmu :)
Sepulangnya di jalan, ada bulan sabit dan satu bintang yang
keliatan manis banget kearahku. *anggep aja begitu hehe* dan jalanan Surabaya yang
mendadak bebas macet malam ini. Aku sudah besar. Dan aku tau akan ada hal hal
yang berubah. Hari ini aku jadi tau, Bakso granat favorit sekarang udah pindah lokasinya,
didaerah sama cuma agak ke selatan. Bebek Ijo dengan mengejutkan berganti
menjadi kedai entah apa namanya, tapi semoga aja itu cuma sementara *makanan
andalan ini :( . Aku juga jadi tau kalau jam 7 malem itu, anak anak kuliah di
Unesa itu pada kelaperan dan antri makan disana sini. Buat yang kuliah, jangan
lupa makan :) Inget kata Ibu. *masih efek film tadi*. Sebenernya hari ini hari
biasa yang aku ubah dan terubah sendiri jalannya biar nggak seperti hari
sebelum sebelumnya. Hari biasa yang mendadak bisa dibuat analogi kehidupan. Sederhana.
Sesederhana aku memaknai semuanya, bahwa kita semua hidup, untuk mencapai
bahagia. Bahagia itu relatif, tergantung bagaimana seseorang mensyukurinya.
Atau mungkin hanya sekedar, “Aku bahagia dan beruntung jadi anakmu, Bu” –
Airmata Terakhir Bunda.
*ditulis oleh seorang yang awam dan kurang berbakat menjadi kritikus
"Dhan, Secangkir Kopi buatanmu sudah rampung?"
Delta kecil. aku foto bareng dia pas premiere di cito. aslinya imut gila. ngefans pada pandangan pertama. matanya itu lhooo. mungkin kalau kamu lihat langsung juga akan jatuh cinta, Dhan :)
BalasHapussemoga suatu hari nanti, kita bisa kerjasama untuk bikin film "Indonesia". ya, film untuk masyarakat Indonesia. aamiin.
Waa beruntung banget kak !
HapusLiat aktingnya aja udah kagum :3 suka anak kecil juga soalnya, polos :)
Amin, semoga :)