Cita-cita. Rasanya terlalu abstrak menjelaskan satu kata
majemuk itu hari ini. Iya, mungkin ini dimana aku sedang dalam fase pencarian
jati diri. Mencari apa yang sebenarnya aku inginkan di hidupku ini. Dan hari ini
pun aku masih berupaya menemukan itu. Iya, aku masih mencarinya.
Sewaktu kecil dulu, rasanya cukup mudah menjawab ini. “Apa
cita-citamu kelak?” tanya guruku kala itu. “Aku ingin menjadi guru, Bu.” Jawabku.
“Aku ingin menjadi polisi” jawab temanku. “Aku ingin menjadi dokter” jawab
temanku yang lain. Tapi entahlah, diusiaku sekarang ini, pertanyaan itu terasa
berada diawang awang, bisa karena aku yang terlalu banyak ingin menjadi apanya,
atau mungkin terlalu samar memikirkan yang masih mengawang samar di rongga
rongga fikiran tak terjangkauku.
Sebenarnya hari ini aku hanya ingin bercerita, bahwa hari
ini, aku sedang mencoba menikmati hari hariku. Menjadi pekerja kantoran yang
ritme kerjanya sama, monoton. Disisa waktu sehari ku yang lain, aku bebas
menulis, merangkai nada, mengekspresikan diriku lewat lagu, tulisan, dongeng
kehidupan, dan seperti merasa aku punya dunia dinamis yang bisa menyeimbangkan
ke-monoton-an ku tadi. Pointnya, hidup itu harus disyukuri.
Sekarang aku sedang menikmati hari-hariku dengan imajinasi.
Teman-teman kerjaku sering mengataiku gila, karena aku terlalu ekspresif
meluapkan apa yang aku rasa. Aku seringkali tertangkap basah sedang tertawa
sendiri, atau kadang ‘seperti bersedih’ dihadapan mereka. Tidak apalah aku
dianggap gila. Mungkin mereka saja yang tidak tau, bahwa saat itu fikiranku
sedang berada ditempat lain. Di tempat dimana aku merasa nyaman seperti berada
dirumah. Iya, di imajinasi. Yang selalu membuatku semangat menyelesaikan
perkerjaanku agar waktu berputar cepat sehingga aku cepat pulang kerumah dan
menuangkannya di antara keyboard laptopku atau sekedar menekan asal tuts tuts
pianoku. Itu membosankan tapi selalu ingin ku ulangi. Bekerja delapan jam
sehari, menyisakan lima jam untuk tidur dan sebelas jam sisanya untuk menikmati
hidup. Iya, diluar semua anggapan orang tentang apa yang aku kerjakan,
setidaknya, aku masih bisa dibilang punya cukup banyak waktu untuk menikmati
hidup ini. Entah menghabiskannya untuk sekedar menonton video youtube atau
browsing hal hal ringan yang kurang diamati. Kemudian berkeliling menengok
sekitar, dan banyak hal yang bisa kuceritakan setelahnya. Aku tidak yakin orang
orang yang terlihat bahagia dengan pekerjaannya bisa menikmati benar benar
hidupnya. Bekerja lebih dari delapan jam, membawa pulang perkerjaannya kerumah,
tidur larut malam, terjebak macet jalanan, gaya hidup dengan penuh rasa’gengsi’,
dan tekanan tekanan lain atau bahkan tak punya waktu menyapa kucing kucing yang
biasanya bermain didepan rumah. Miris. Tapi ada yang begitu. Ini hidup, maka
syukurilah.
Aku juga tidak pernah membayangkan sebelumnya, sedikitpun
tidak pernah. Sekarang aku tersemangati dengan cerita-cerita yang ku dapat
tiba-tiba, atau yang ku dengar dari teman- temanku, atau yang ku lihat
langsung, atau yang sengaja dikirim temanku untuk diberi lagu. Iya, aku seperti
punya nafas baru. Semacam cita-cita terselubung diantara samar samar yang ku
ceritakan tadi. Ada semacam kata hati kecil yang meneriakiku bahwa aku bisa. “Aku
ingin jadi penulis lagu.” Entahlah apa itu sudah terdengar seperti cita-cita?
Atau yang lain, “Aku ingin menjadi pembuat soundtrack film berbakat.” Iya, kedua hal
itu, membuatku seakan dilahirkan kembali. Menjadi sesuatu yang sama sekali tak
pernah terfikirkan. Satu hal, hidup ini penuh kejutan bukan? Iya, kurasa ini
semacam kejutan Tuhan yang sepatutnya ku jaga dan ku pelihara. Iya, aku ingin
belajar. Aku akan belajar lebih keras untuk ini. Aku percaya, karena banyak
orang sekelilingku yang mampu membuatku percaya. Kalau mereka saja percaya,
kenapa aku sendiri tidak? Terimakasih ini untuk mereka, mereka menguatkanku :’)
Dan dari sekian pilihan, aku memilih soundtrack. Mungkin aku
adalah salah satu manusia terdrama abad ini. Kidding hehe. Banyak yang bilang
begitu, tapi tidak begitu juga,emm tidak selalu begitu tepatnya. Aku hanya
merasa, punya lagu yang bernyawa karena hidup lewat cerita. Iya, setiap lagu
ada ceritanya. Menurutku, lagu itu kata bernada. Menulis lagu sama halnya
dengan menulis cerita, bedanya, hanya ada nadanya saja. Iya, itu saja bedanya.
Itulah mengapa aku tertarik dengan soundtrack. "Menyuarakan cerita lewat lagu". Terimakasih untuk cerita dari
teman-teman yang menjadi nyawa cerita yang ku lagukan. Aku tau, aku masih harus
belajar keras untuk menghasilkan karya yang lainnya, dengan varian
yang beraneka rasa, ehehe kayak eskrim ya. Iya, eskrim. Aku ingin bisa buat
eskrim enak dan bergizi, yang rasanya bisa dikenang kenang, amin. Sekiranya
begitu. Aku akan belajar lagi, doakan aku ya :’)
This way, who I choose today..
I never know what will happen tomorrow, and day after,
I just try to always enjoying my life, my story, my little story in my life..
You did too, aren’t you?
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Share yukk :))