Sabtu, 03 Agustus 2013

Menggenggam Tatapan


Entah sejak kapan aku mempersalahkan sebuah tatapan. Tidak ada yang salah, mungkin aku yang bodoh. Dan yang paling bodoh adalah aku mengatai diriku sendiri bodoh. Cukup. Seperti rasa yang terasa kaku, atau mungkin tempat ini memang sudah beku. Ada suatu hal yang terasa tidak pada tempatnya. Tubuhku membatu, bahkan semua kata sapaan diujung mulutku pun tertahan dan enggan keluar mengucapkan dirinya. Memilih diam, menunggu sapaan yang harusnya ku dengar cepat.

Jarak itu sekarang artinya apa? Kurasa tidak ada. Jarak adalah sekat yang banyak orang bilang akan membuat seseorang kesulitan menggenggam, menggenggam tatapan. Namun dengan yang sedekat ini pun rasanya tidak ada bedanya dengan yang jauh. Sama. Bahkan terasa aneh jika dirasa berulang. Iya aneh, aneh sungguhan.

Lalu, bagaimana dengan dialog yang biasanya terasa ringan terucapterdengar? Aku hanya ingin terlihat natural. Dan canggungmu sangat terlihat, sangat terlihat tidak natural. Lalu siapa yang dulu mengajariku untuk tetap terlihat baik baik saja kemudian tersenyum dan tetap menyapamu biasa seperti tidak sedang terjadi sesuatu, kurasa kamu bukan pelupa sekarang.

Terasa lelah mengucapmendengar beberapa kerinduan. Yang kau lakukan membuatku cukup trauma. Trauma menemuimu, sedangkan setiap dialog aku tidak pernah ditatap matanya. Aku tidak menyalahkanmu. Tidak ada yang salah. Semuanya sudah bisa dimengerti dalam diam dan beku ini kan? Kita baik baik saja, dan kau menyetujuinya, kan? Bukan ingin melihatkan yang seperti banyak orang lain lakukan, dan kau menyetujuinya, kan? Dan setelah itu, aku didera semacam 'ke-percuma-an'. Iya, aku trauma, trauma sungguhan.

Aku tidak ingin merasakannya lagi, berada disuatu tempat lama namun terasa asing. Didekat orang yang sama, namun terasa dicanggungkan. Berdialog, bersama tatapan yang tak bisa ku genggam, meski hanya tatapannya saja. Aku tidak tau mengapa kau menghindarinya, aku tidak ingin merasakannya lagi, sungguh.


Aku, seorang gadis yang tak pernah ditatap matanya, dalam dialog yang membuatku kedingininan diantara kebekuannya, padahal dekat didalam pertemuan yang harusnya lama terasa. Aku hanyalah seorang gadis yang ingin menggenggam tatapan itu, meski tak istimewa tanpa makna, namun menggenggam. Tidak seperti sekarang, mencari celah agar mataku ditatap sempurna, oleh mata yang selalu ku anggap indah. -


*disebuah kerinduan yang dingin, lelah, dan bukan mimpi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share yukk :))