Pukul 17.30 an – Selamat Datang di Ranukumbolo 2400mdpl. :)
Udah ada Fitri, yang nungguin kami dan ngarahin buat
istirahat di shelter. Istirahat sebentar, terus bantuin temen-temen bersihin
tenda yang udah didiriin, dan keadaan saat itu adalah hu-jan. Jadi bangun
tendanya sambil hujan hujanan. Dan karena tendanya kemasukan air, jadinya kudu
dipel dulu, coba tebak pake apa, iyaps pilihan yang tersedia adalah pake
kaos…dan bener aja, kaosnya Fajar jadi kain pel hari ini..
Kira-kira satu jam-an menata semua hingga rapi masuk dalam
tenda, karena baju udah pada setengah basah, aku memutuskan buat ganti baju
yang udah aku bawa, dan pas buka tas, betapa pengen nangisnya aku karena semua
yang ada dalam tasku basah termasuk baju ganti, kertas-kertas dan semua yang
udah disiapin, tak ada gunanya, iya, karena basah. Jadi yang bener-bener
terselamatkan cuma baju yang nempel dibadan. Awalnya rangkap 4. Pakai kaos
lengan panjang dirangkap sweater dirangkap jaket, dirangkap jaket lagi. Dan
karena kedua jaketku setengah basah, jadi aku lepas, dengan harapan besok akan
ada matahari. tapi sebelum bertemu pagi, kami harus melewati malam dulu, dan If
you know, malam disini terasa begitu sangat teramat panjang….sekali. (saking
lamanya, berasa di film horror yang banyak malemnya daripada siangnya). Tapi Aku
nggak sendirian, karena Fitri pun juga mengalami hal yang sama, dan sebenernya
dia paling gabisa nahan dingin. Dan sempet juga mengucapkan kata-kata terakhir
dalam kehidupan, hhhhh. Hush. (ini kalau diceritain pengen ngakak, padahal pas
kejadian, emang bener-bener seperti mau mati kedinginan.)
Dan karena segala perminyakan yang hangat-hangat gak mempan,
akhirnya ngelirik satu benda yang daritadi udah ada ditenda, tapi luarnya udah
basah. Yaps, Sleeping Bag. Awalnya pesimis bakal bisa dipake atau enggak, tapi
setelah dikeluarin ternyata, benda itu sedikit mengurangi dingin. Iya sedikit.
Karena tetep aja bagian yang basah, terasa dingin.
Well, semua ciwi-ciwi udah rapi pake sleeping bag, tenda
udah mirip banget kayak tempat penyimpanan larva. Sebenernya tendanya over
capacity, tapi masih muat 5 orang, ya karena aku sama mami hemat tempat huhu,
dan aku berfikir kalau tendanya penuh, bakal lebih hangat. Tapi ternyata gak
ngefek juga, tetep kedinginan. Pas udah rapi atur posisi tidur kayak pindang
dijemur, ngecek jam, dan betapa shocknya kami, waktu masih menunjukan pukul 19.45! padahal rasanya sudah
malem banget.
Dan betapa ngerasa bersalahnya aku, ketika tau tenda
cowok-cowok kebanjiran, dan mereka sempet memutuskan buat tidur di shelter
meskipun pada akhirnya balik lagi, karena di shelter juga lebih dingin. Jadi
mereka tidurnya entah gimana caranya, yang jelas mereka lebih sengsara daripada
cewek-cewek ini.
Karena ga ada lagi yang bisa dilakuin akhirnya kami
memutuskan untuk tidur. Iyaps, pukul 20.00 kami tidur. Iya, kami sempat
tertidur. Aku kira bakal aman, dan aku akan terbangun besok pagi. Tiba-tiba,
badanku bergetar, begitu pun mulutku, dan kerasa ada angin yang lewat bikin
makin bergetar, iyaps, aku menggigil. Dan ternyata hal itu disebabkan karena
tempat yang aku tidurin, kemasukan air (baca:ketampesan). Akhirnya aku bangun,
Putri yang juga ketampesan air, bangun juga. Dan berharap itu udah subuh,
karena perasaanku aku udah tidur lama banget, dan pas liat jam, waktu masih menunjukan
pukul 20.30 WIB. H?
Akhirnya aku mengganti posisi dengan duduk. Dan sempet
ketiduran juga, sebelum akhirnya Fitri, Eva, sama Mami, kebangun karena
ketampesan juga. dan itu juga masih pukul 21.00 WIB. Well aku mulai terbiasa
dengan siklus kebangun setiap setengah jam sekali. Hiks. Dan kemudian kami
semua duduk dan bercerita ngalor-ngidul dengan harapan tendanya akan
menghangat. Tapi itu nggak terjadi, karena tetep aja dinginnya terasa. Mulai
dari situ tangisan pecah, pertama Fitri…kemudian Eva.. aku masih keliatan
strong saat itu, masih sempet bilang “Kalau nangis membuatmu lebih baik, nangis
aja.” Dan well…kami berganti posisi tidur lagi. Sampai akhirnya semua tertidur,
dan tiba-tiba badanku menggigil lagi… aku kasih salonpas ke kakiku tapi gak ngefek
sama sekali. Kudunya emang pake kaos kaki, tapi apalah daya, semua yang kering,
basah. Sampai pada akhirnya aku duduk lagi dan tes-tes-tes… airmata
keluar-keluar sendiri… dan aku gak kuat nahan nangis juga. karena merasa ada
dalam keadaan terngenes sedunia, makin jadi deh nangisnya, udah jauh dateng,
capek, dan kedinginan ini gak ada peredanya, kangen ibu, kangen rumah, gini
banget sih ya Allah. Pas itu ngerasa nya kayak gitu. Sampai ngerasa karena
kecapekan nangis, jadi setengah tidur-setengah sadar. Kayak mimpi lagi ngobrol,
terus aku jawab. Dan aku juga ngerasa sebenernya kalau pas itu aku dipuk-pukin
sama Putri, sama Fitri juga, tapi mataku merem. Sambil duduk. Diantara seduh
sedan itu, sayup-sayup dari tenda lain terdengar bercandaan, yang pas itu bikin
aku ketawa diantara nangisku tadi, kira-kira yang ku dengar gini , “Yak,
pemirsa saat ini di Ranukumbolo ketinggian banjir sudah mencapai pinggang orang
dewasa.”(dan aku bener-bener bayangin kalau tendanya bener-bener sebanjir itu)
Diiringi dengan terdengarnya tawa
teman-temannya. Yang bikin aku kudu ketawa ya kudu nangis adalah, mereka itu
kedinginan juga, bahkan kebanjiran tapi masih bisa ngelawak, sesuatu yang kudu
ku pelajari hhhe. Terusan aku mencoba buat merebahkan badan ketempat yang
tersisa, dengan masa bodoh basah yaudah gapapa, dan karena udah capek nangis
jadinya aku ketiduran agak lama kali ini…
14 Agustus 2016 – Selamat Pagi, Ranukumbolo :)
Sampai akhirnya ada suaranya Fajar and the boys, manggil
namaku… “Dhan-Dhan…” Akupun kebangun, dan langsung nanya pas itu jam berapa,
dan kabar gembira… waktu itu menunjukan pukul 03.00. Alhamdulillah. Masa kritis
sudah terlewati. Dan betapa bahagianya lagi, pas dibangunin disuruh makan,
(berasa sahur ehehe) tapi enggak juga sih. Kata Fajar, ini adalah salah satu
cara supaya nggak hipotermia. Jadi kalau kedinginan, makanlah. Kalau kedinginan
lagi, makanlah lagi. Begitupun nasehat dari mas-mas yang nyopirin hardtop. And
again, It Works!
Dan permasalahan selanjutnya setelah kedinginan dan setelah
makan adalah mau buang air kecil, saat itu masih hujan. Tapi karena “the power
of kebelet” jadi ya nekat aja hujan-hujan ke toilet. Dan mengabaikan segala
rupa toiletnya gimana. Pas keluar tenda, aku lepas itu tadi salonpas yang
nempel ditelapak kakiku, dan tara…. Kakiku rasanya beku, hampir mati rasa, tapi
ya bodoh amat jadinya, Karena yang paling penting saat itu adalah sampai ke
toilet dengan cepat.
Well setelah lega, dan karena udah kena air hujan jadi
dinginnya udah berkurang sekarang, udah mulai menyesuaikan. Dan setelah itu
yang kami lakukan adalah bercengkrama, beres-beresin tenda tipis-tipis, eva
mengepang rambut mami, Fitri galau, Aku muter lagu terus nyanyi-nyanyi, Putri
cuma ngeliatin semuanya dan mungkin dia berharap aku diem hhhhh, bercanda ding.
Intinya kami beraktifitas. Dan karena diluar meskipun langit udah terang tapi
masih hujan, dan karena lagi gabut juga akhirnya kami memutuskan buat nonton
drama korea, “Let’s Fight Ghost episode 10” yang awalnya mau ditonton semalam,
tapi karena tidak memungkinkan akhirnya ditonton pagi-pagi buta. Belum abis
satu episode tiba-tiba matahari muncul memecahkan kebekuan ehehehe, dan kami
memutuskan untuk mengakhiri nonton dramanya dan mengganti dengan bersiap siap
buat melanjutkan kehidupan ~ yaps, menjemur segala yang basah. Abis bersihin
muka berjamaah, akhirnya kami keluar untuk menyapa matahari hhh.
Maenan cilukba sama mami hhhh |
Ini nih si Eva yang pagi-pagi udah jadi hair stylistnya mami :3 |
Ambil air di danau untuk melanjutkan kehidupan -- |
Pendaki lain juga udah pada keluar tenda, mendekat ke tepi danau. Ada yang foto-foto, ada yang ambil air ,ada yang nunggu orang lewat minta difotoin, ada. hhh |
menyempatkan diri buat foto disini ihihi |
Jemur yang perlu dijemur, mencuci yang perlu dicuci, makan
yang perlu dimakan, foto yang perlu difoto.
Cuacanya lagi labil, matahari muncul…tiba-tiba serangan
kabut datang. Muncul lagi… diserang kabut lagi. Dan tiap kali liat matahari
muncul, pengen aja gitu nyanyiin lagunya Monita.. “Ma-ta-ha-ri..terbentang
dilangit biru..” (setelah dicek, ternyata liriknya salah hhh, tapi gapapain aja ya ) dan bener aja, matahari yang sebentar muncul sebentar hilang
itu cukup mengeringkan segala yang basah tadi. Ya, mataharinya disini terasa
dekat.
Itu tuh, yang dibelakang, the legend, Tanjakan Cinta. :) |
Korban banjir semalam huhu |
Sempet nyesek juga, karena banyak momen yang terlewatkan.
Namun bedanya, kami memang rela melewatkannya. Karena keadaan, rasa lelah,
cuaca yang tidak mendukung, dan …. mood yang sudah tak menggebu. Udah gak
bertenaga bikin video ala jalan-jalan men, hhhh. Bahkan aku yang semula nggak
mood foto pun, akhirnya aku mood-mood in foto, karena udah jauh-jauh dan capek
kesini, kudu melakukan sesuatu yang berharga. Biar ada bukti otentik kalau udah
sampai kesini.
“Mimpi dalam tidur dengan mimpi yang jadi nyata itu sama. Sama-sama bikin kita bahagia dan bisa diceritakan. Bedanya, kalau mimpi yang jadi nyata itu bisa ada dokumentasinya.”
Dan penghibur untuk segala rasa ini marilah kita memakai
petuah ini, “Nasi telah menjadi bubur, dan karena tidak mungkin jadi nasi lagi,
marilah kita buat bubur ini menjadi enak.”
Well setelah itu kami sarapan pagi, dengan menu nasi
bersarden, bertelur dan berabon. Rasanya not bad bahkan meski sardennya ga
ditambahin apa-apa. Mungkin karena faktor kelaparan hhh. Setelah sarapan dan
bongkar tenda lalu kami perjalanan pulang. Menyempatkan foto seadanya, berasa
formalitas kunjungan wisata, karena senyumnya udah berat hhh. Dan kami berjalan
kembali pulang.
senyumnya udah berat ya mb,mz ? hhh |
Menit-menit terakhir saat ditepi danau ranukumbolo yang
berkabut, tiba-tiba lewat sepenggal lirik lagu yang mewakili perasaanku kepada
kabut. “Kau datang dan pergi, oh begitu saja. Semua ku terima, apa adanya.”-
Ruang Rindu, Letto. Yang entah aku diketawain pas nyanyiin itu hhhh. Saat itu Aku
berusaha mengabadikan segala pemandangan ini dengan lensa terbaik Tuhan, mata.
Dan tidak bisa ditangkap dengan kamera manapun, supaya bisa terlihat seperti
yang mata kita lihat. Disana aku juga liat ada mas-mas lagi menyendiri sambil
bawa pensil dan buku gambar. Mungkin dia sedang melukis, mengabadikan momen
yang dilihatnya. Pas itu sempet kefikiran, seru juga kali ya, kalau sempat
nulis lagu disana. Hehe. Tapi meskipun ga kesampaian nulis lagu disana, kalau
ingat beberapa momen disana, bisa dijadiin lagu disini :’)
12.00 WIB – Selamat Tinggal, Ranukumbolo :’)
Sampai ketemu lagi Ranukumbolo, semoga suatu hari bisa
kesini lagi, dan aku lebih beruntung saat itu.
Perjalanan pulang awalnya kurasa bakal lebih mudah. Iya
bener, awalnya. Dengan beban yang berkurang dan bertambah sekaligus. Karena
jalan yang tadinya tanjakan jadi turunan, begitupun yang tadinya turunan jadi
tanjakan. Tapi memang banyak turunannya. Dan karena hujan semalam, jadi banyak
yang longsor. Dan ada beberapa titik yang kudu ngantri dulu melintasinya. Dan
tanjakan super di pos 3 itu, kalau macet parah. Dan jadi prosotan saking
licinnya, jadi banyak juga korban kepleset berjatuhan disana.
Saking exitednya karena emang terasa jalan lebih mudah, ada
saat dimana kami jalan tanpa ‘break’ kayaknya perjalanan dari pos 3 ke pos 2.
Dan kata Mas Cahya kami udah berjalan lebih dari 45 menit tanpa berhenti,
waaaahhhh pencapaian luwar biyasa. Tapi karena mungkin terlalu semangat pengen
cepet nyampe dibawah, sepertinya ada yang ga beres dengan kakiku, yaps, karena
saat pulang jalannya banyak turunan, jadi kaki kudu kuat nge-rem juga. Dan
karena pake jas hujan dan gabisa lepas tas tiap kali ‘break’ akhirnya aku duduk.
Dan tara…kakiku terasa tidak benar. Atau mungkin karena udah capek juga. Dan
setelah itu, tiap kali liat tanjakan rasanya, kudu nangis…. :’’
Dan sejak saat itu langkahku jadi melambat, dan semakin
lambat kalau ada tanjakan, apalagi turunan. Dengan semangat dan bantuan
teman-teman jadinya aku terus berjalan, meskipun seringnya ditinggal, tapi
gapapa yang penting nanti bisa ketemu di finish. (fikirku). Dan keinginan saat
berangkat tadi kesampaian juga. meskipun aku nya juga perlu disemangatin, tapi
aku bisa ngasih semangat buat pendaki yang baru mau naik dan masih jwauhhh. “Semangat
Mbak, Ranukumbolonya masih jwauhh poll soalnya.” Hhhh (contoh kata-kata yang ga
boleh diucapkan) meskipun jujur, tapi jangan diucapin, karena terkadang orang
yang disemangatin itu hanyalah ingin disemangatin aja. Itu udah cukup, terlepas
dari bohong enggaknya. Hhh, setidaknya itu yang aku rasakan.
17.00 WIB – Hai Again, Ranu Pane !
Finally, aku finish. Finishnya bukan di pole position, tapi
di posisi terakhir. Thanks to Mas Cahya yang nemenin aku finish terakhir dengan
segala kemampuan yang ada, hhhhahhiks. Dan diakhiri dengan makan rawon lagi,
tapi kali ini gak habis, karena udah telat makannya.
18.00 WIB – Bye, Ranu Pane !
Karena ada yang longsor jadi kudu jalan dulu menuju parkiran
hardtop, becek-becekan lagi sebentar dan akhirnya bener-bener ninggalin Ranu
Pane :)
Diperjalanan malam, sempet keliatan bintang-bintang sama
Bulan. Sweneng. Dan karena gelap gulita, jadinya cahaya bulan berasa lampu
diperjalanan, meskipun itu nggak berlangsung lama karena langit mendung dan
kabut dateng lagi. Dan ku terlelap… sampai akhirnya mau sampai rumah
persinggahan baru bangun, dan lalu sampai, istirahat sebentar lalu kami pulang
ke Surabaya, naik motor lagi.
Eva dan Putri pamit pulang duluan, dan beruntungnya mereka
rumahnya deket situ. Ehehe. Nice to meet you girls, kapan-kapan kita ketemuan
lagi yaaa :3. Satu jam kemudian kami pulang, dengan keadaan perut lapar, hiks.
Tapi entah karena apa jadinya gajadi makan, pada akhirnya. Hiks. Jadi kelaperan
sampai nyampai rumah.
15 Agustus 2016 – 01.00 WIB – I’m Home !
Thanks buat adekku sayang, yang udah ngawal mbaknya pulang.
Alhamdulillah sampai rumah dengan selamat, dan bukannya langsung tidur, karena
pas itu Ibu lagi kebangun, jadinya ditanyain gimana-gimana. Dan lalu aku
laporan perjalanan ke Ibu semacam dongengin, sampai akhirnya Ibu sadar, kalau
anaknya ini kudu mandi terus tidur karena besok pagi udah harus kembali ke
kehidupan nyatanya, (halah) hhh.
--
Oke, saatnya closing pemirsa. Saatnya membuat kesimpulan.
Hehe.
Setiap perjalanan yang kita lakukan selalu meninggalkan
cerita dan kesannya masing-masing. Meskipun ada rasa kecewa karena tidak bisa
melihat Ranukumbolo seperti yang ada di instagram, tapi yang nyata nyatanya
adalah Aku sudah pernah kesana, sudah bertemu dengan Ranukumbolo. Terkadang
memang waktu tidak berpihak pada kita. Dan yang bisa kita lakukan adalah
menerima. Rasanya memang lelah, dan bener-bener perjalanan itu serasa
perjuangan mencapai tujuan. Ya berjuang memang selelah itu, dan mungkin itu
cuma simulasi aja. Perjuangan yang sebenarnya mungkin jauh lebih melelahkan.
Tapi belajar dari simulasi ini, kalau kita berjuang, terus berjalan menuju
tujuan, suatu hari, kita pasti akan sampai tujuan. :) itu yang sedang aku
pelajari :)
Oh iya tambahan, ini nggak hanya aku yang merasa, tapi si
Fitri juga merasa begitu, buat kamu para jomlo yang butuh semangat, sok atuh ke
gunung aja. Bakal ada banyak mas-mas ganteng (entah kenapa kemaren aku liatnya
gitu, banyak yang ganteng gitu hhhh) yang bakal bilang “Semangat ya mbak”
sambil senyum, suplemen sehat untuk kamu jomlo yang butuh disemangatin hahaha.
Bercanda ding. Eh tapi ini beneran :D (meskipun mungkin hanya bisa ketemu
seumur hidup sekali)
So, I still recommend that place for your destination :)
Semoga kamu lebih beruntung dari aku :)
Thanks for the nanonano story, Nu. :)
Jejakku sudah tertinggal disana, Kamu, kapan? :P
Sekian ceritaku dari Ranukumbolo,Bagaimana denganmu? :)
Thanks for read, Goodreaders :)
Semoga bermanfaat meski secuil :)
- 12-15 Agustus 2016 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Share yukk :))