Senin, 30 Desember 2013

K a t a m u




“Manusia selalu berubah.”  katamu
Kau terlahir untuk menjadi penghuni dunia yang dinamis. Kau menulariku cukup banyak hal. Termasuk yang ini, meski untuk beberapa hal terasa menyakitkan. Aku seorang gadis yang takut perubahan, takut dunia berubah, keadaan berubah, orang-orang berubah, kau berubah. Aku orang yang butuh waktu untuk merasa nyaman, dan perubahan, selalu membuatku canggung. “Jadi kau bisa mungkin berubah” kataku. “Iya.”jawabmu. Lalu beberapa saat setelah itu, ketika kita dipertemukan waktu, “Kamu sekarang berubah.” kataku. “Tidak, aku tetap sama.” jawabmu. Jarak dan waktu memang jarang bersahabat. Meskipun orang orang juga berkata sepertiku tentangmu, tapi bagiku ada yang masih tetap sama didirimu, sorot mata kesepian.

“Mungkin kau tau apa yang ada dihatiku, tapi kau tidak akan pernah tau apa yang ada dikepalaku.” katamu sedikit marah.
Wanita terlahir dengan kepekaan yang lebih dibanding pria. Namun mungkin menurutmu, peka dan sok tau itu beda tipis. Dan kau memilih ‘sok tau’ sebagai julukanmu untukku. Kamu salah besar. Aku tidak menguntitmu lagi seperti yang kau tuduhkan. Aku sudah belajar banyak hal bukan? Tapi jika aku bisa menebak yang sedang kau rasakan, mungkin karena ‘peka’ku yang keterlaluan liar. Kau tidak perlu khawatir, bukannya dari awal aku memang tidak pernah tau isi kepalamu? Tentu saja. Kecuali, kau yang menceritakannya kepadaku sendiri.

“Aku tidak bisa menolak.” katamu dengan tersenyum lelah.
Aku pernah bilang, “Ucapanmu itu seperti mantra”. Iya mantra, yang mampu menyihir orang orang. Kau yang sekarang berbakat menjadi motivator ulung untuk orang orang. Kau layak, tentu saja. Namun ada sebuah kesalahan yang mungkin kau tidak tau. Mereka mempercayaimu, lebih dari yang kau bayangkan. Kamu pembawa mimpi-mimpi. Padahal, kau juga sedang memperjuangkan mimpimu sendiri. “Aku tidak bisa menolak.” katamu dengan tersenyum lelah. Aku tau, kau suka menolong. Dan aku juga yakin, kalau ada seribu orang yang memintaimu pertolongan, pasti akan kau tolong semua. Hei, kamu hanya manusia biasa, bukan superman. Mungkin orang-orang belum tau tentang ini. Aku jadi teringat dengan dialog tentang pilihan, “Besok ada tiga rapat yang butuh kamu, kamu dateng yang mana? Atau nggak usah dateng semuanya, biar adil? Waktunya bentrok gitu.” tanyaku. " Aku dateng ke yang bisa aku datengin.” jawabmu. Aku tau kau juga pasti sedang bingung. Tapi yang kulihat sejauh ini, kau ada dimana mana. Sedetik dimana, beberapa detik kemudian ada dimana. Iya, kau datang disemuanya, meski hanya beberapa detik, tapi kau ada.

“Apalagi janjiku yang belum aku tepati?” katamu hendak menebus.
Aku adalah penagih janji yang ulung. Jika kau lupa, alarmnya tidak akan berhenti berbunyi. Aku hanya tidak ingin kau punya banyak hutang. Maka dari itu, untuk beberapa hal, aku tidak pernah mau kau menjanjikan aku hal yang masih jauh didepan sana, aku menahanmu untuk tidak berjanji apapun. Karena aku tau kau pelupa, sedangkan aku suka menagih janji. Itu akan sangat rumit bukan?  Sebelumnya, terimakasih atas janji yang terlunasi, meskipun tak tepat waktu itu selalu membuatku sebal, tapi lunas. Iya, kau bukan pengingkar janji. Mungkin hanya menunda janjimu.

“Aku  tidak tau, kenapa aku datang kesini.” katamu
Masih beberapa jam lalu, kau mengatakannya. “Berarti, harusnya sekarang aku terharu ya?” kataku sedikit bingung. “Iya, aku tidak tau kenapa aku datang kesini. Besok aku sudah kembali lagi.” katamu.  Sedetik, aku sempat ke-GR-an luar biasa, sebelum aku berfikir, tentu saja kau mengucapkannya agar aku senang, mungkin. Iya, aku sedang merindukanmu. Dan kau tau cara membuat orang yang merindu merasa senang. Untuk kedatanganmu yang kali ini itu seperti bonus yang tak pernah ku minta. Seperti janji yang tak pernah ku tagih. Tapi, kurasa bukan. Sebulan lalu, kau pernah bilang akan pulang dan mengajakku berkeliling. Namun saat itu kau tidak jadi pulang. Padahal aku sudah menyiapkan semuanya. Kecewa, pasti. Aku tidak pernah memintanya, kau yang menawarkannya, tapi kemudian kau sendiri yang tidak datang. Dan sekarang kau tiba-tiba datang tanpa kukira akan datang sungguhan. Iya, kau sering mengerjaiku dengan berkata akan pulang. Dan mungkin yang difikiranmu, kepulanganmu akan membuatku senang. Setidaknya, selayaknya adik yang menunggu kakaknya pulang, begitulah perasaan adik adikmu disini. Iya, adik ‘sepermimpian’ mu disini banyak.

“Sudah lihat karyaku? Bagaimana?” katamu.
“Sudah. Lumayan, pesannya sampai, aku ketawa, terhibur  lihatnya.” kataku menjawab
“Sudah dengar karyaku?” aku balik bertanya.
“Sudah. Karyamu, yang jelek itu?” katamu mengejek.
Meskipun terlewat sering mendengarnya, tapi tetep sama merasa sedihnya. Memang, aku sadar juga, karyaku masih sangat jauh dari bagus, tapi apa iya sejelek itu? Aku tau, kurangku masih banyak, dan kau jauh diatasku, tapi apa iya sejelek itu? Aku juga ingin kau puji seperti..,sudahlah lupakan saja, apresiasimu memang selalu yang paling beda. Sakit sih, tapi bikin ketagihan dengernya, cool. Setidaknya, aku akan bikin karya sampai kamu bilang karyaku bagus. Tunggu ya, aku sedang menyiapkannya.

Sejujurnya, aku sedang melihat lelah dimatamu. Kau tidak pernah hadir dengan diam. Justru dengan cerita-cerita yang selalu menarik ditelinga. Dan untuk mendapat semua cerita itu, kau pasti tidak pernah diam. Tanpa jeda. Mungkin itulah kenapa kau pulang, untuk melepas sedikit lelahmu. Itulah juga kenapa aku tidak pernah berdialog terlalu serius, kau butuh dihibur, tidak melulu dituntut. Walau aku yakin, kau tidak akan pernah mengaku lelah jika ku tanya, tapi matamu, tidak akan pernah bisa membohongiku.

*Aku membagi ini dari yang kutau, kudengar, kubaca, kulihat, kurasa. Aku 'melihat' dari keenam sisi kubus, 'mendengar' dari keduabelas sudut prisma segienam, dan 'merasa' dari ketidakhinggaan simetri pada lingkaran, yang ada dimata, telinga, dan hatiku. Aku tidak sedang memata-mataimu, hanya terkadang dibuat melihat, dan kau menarik perhatian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share yukk :))