Konsisten itu susah, sejauh ini itu masih belum terbantahkan bagiku. Beberapa bulan lalu aku udah bertekad buat rajin nulis blog ini, tapi nyatanya nothing hhh. Soal apa yang mau aku tulis sebenernya ada-ada aja kalau dicari, tapi ngelawan magernya itu emang butuh effort lebih.
Well, perkenalkan aku yang kini perlahan berubah. Pandemi ini sedikit banyak mengubahku. Yang paling kentara banget sih, dulunya tiap tes MBTI aku selalu termasuk manusia ekstrovert, kali ini setelah 5 bulan mendekam di rumah, jadilah aku manusia introvert versi MBTI.
Hari-hari ku selama lima bulan ini biasa-biasa aja.
Aku baru siap memulai hari jam 9 pagi. Kalaupun subuh bangun, tidur lagi, bangun jam 9 hhe. Ngajarin adek belajar online bisa sejam dua jam, lalu sarapan, dan mulai buka laptop buat kerja. Tapi aku nggak kerja sepanjang waktu. Karena seringnya aku juga tidur lagi di siang harinya hhh, tidur mulu ya? Oh tentu tidak. Habis maghrib, kadang juga ngajar adek ngaji, dan aku sendiri juga. Kehidupan kerjaku baru mulai setelah isya’ sampai bisa sampe jam 1 bisa sampe jam 2 pagi. Bisa cuma ngerekam audio doang, bisa juga ngerekam sama video juga. Btw, ini se ngeditnya juga. Jadi kalau dijabarin bisa agak panjang sebenernya, tapi mari kita buat ini keliatan mudah aja oke? Hh. Kalau kerjaanku selesai, aku biasanya nyempetin buat isi konten di youtube pribadiku, karena apa? Konsistensi itu susah. Dan sekarang masih mentok di isi konten 2 minggu sekali. Tapi gapapa, yang penting konsisten kan?
Aku sekarang juga udah jarang banget nonton drakor, meski ku yakin orang-orang nganggep aku anak drakor banget. Padahal enggak. Sekarang cuma berminat nonton drakor on going pas weekend, dan satu drakor lama rekomendasi temen-temen buat di tonton sambil makan. Aku gatau persisnya kenapa, tapi mungkin karena mulai realize aja atau lagi bosen aja nonton drakor. Meski aku juga masih nyimak sih yang lagi hype apa, yang lagi ngetrend apa, meski aku ga selalu mengikuti, tapi yaaa I’m a content creator, mau ga mau harus ngerti yang lagi happening apa kan ya? Hehe.
Aku sekarang jadi orang yang lebih sensitif, kalau ini sih kayaknya karena efek aku dirumah aja, dan sering denger kabar buruk di tahun ini. Kalau dipikir-pikir ga semua yang terjadi buruk, tapi ngerasa ada aja kabar buruk di sekitarku. Entah jauh, entah dekat. Sampai self diagnose diri sendiri, aku ini kenapa kok jadi gini? Apa aku depresi? Apa aku kenapa? Apa aku frustasi? Apa aku stress? Ya mungkin sedikit, tapi karena aku jadinya kepo sama hal-hal itu dan I want to fix my problem, jadinya banyak baca tentang hal-hal untuk healing, self healing.
Aku sekarang jadi males ketemu orang, antara parno sama virus sama mulai terbiasa gak ketemu orang. Ya walaupun kalaupun harus ketemu orang, I’m fine. Di titik ini, aku sebenernya gak mau terlalu menjiwai. Sisi ekstrovert dalam diriku berontak sedikit, jadinya palingan aku membiasakan juga buat telfon atau vidcall temen-temenku, atau ngelakuin live di instagram (yang ini jwarang banget) ya pokoknya kegiatan yang membuatku berinteraksi sama dunia luar, meski virtual.
Karena itu lama-lama mungkin aku kelihatan jadi sedikit aneh di mata temen-temenku, karena mungkin aku yang terlalu parno (?) But I have a reason, mungkin terdengar klise, korban konspirasi WHO dan lalala. Tapi aku benci menyesal. Fakta bahwa aku masih tinggal sama orang tua, ditambah sebulan ini ada mbahkung yang lagi sakit tinggal di rumahku, membuat aku jadi berpikir ini itu. Aku tahu bahwa semua manusia itu pasti akan mati, bahwa mati itu takdir Tuhan yang harus kita jalani. Tapi aku benci kalau aku hanya pasrah nerima itu, tanpa melakukan yang terbaik. Dan aku berusaha melatih diri sekuat tenaga buat jadi orang yang konsisten, dengan apa yang aku lakukan, dengan apa yang aku ucapkan, dengan apa yang tulis, dengan apa yang aku tulis. Kalau dalam teori, rumus itu mudah diingat, tapi sungguh sangat sulit dipraktekkan. Tapi aku mau menchallege diriku sendiri, untuk jadi orang seperti itu. Aku ingin hidup seperti itu, seseorang yang memegang kata-katanya. Mungkin tidak sempurna, tapi aku akan mengusahakan yang terbaik.
Hari yang biasaku kini ditambah dengan mulai berolahraga, karena nginget lagi kalau aku gamau jadi semakin ringkih pas usiaku bertambah tua (sekarang aku ringkih bgt soalnya TT) dan mulai membiasakan nyiram taneman, dan pengen nambah taneman di depan rumah. Ternyata ngeliat bunga-bunga mekar di depan rumah bisa ngademin hati juga.
Ngerasa jadi orang yang lebih sabar lagi, tapi kalau pengen marah, aku juga ga nahan, dan marah aja. Abis gitu minta maaf abis marah-marah. Kalau pengen nangis, nangis aja. Ya kayak orang gila jatuhnya, tapi as long as I can control it, aku merasa masih normal.
Well, sejauh ini hidup itu jadi seru karena ga pernah ada yang tau apa yang terjadi hari esok. Tomorrow is mistery. Then, orang-orang akan melakukan yang terbaik hari ini.