*I’ve never thought, kembali menulis jejak di sini setelah 5 tahun, dan sebenernya bukan ini tulisan yang mau aku post untuk comeback, but yeah, I just wanna write this now.
And here I am now, mengetik tulisan ini dari sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Dari sekian episode skenario halu di kepalaku (cause I’m a daydreamer, pisces and infp hehe) aku nggak yakin aku pernah halu tentang cerita ini. Well, ini pertama kalinya aku ‘merantau’ ke kota lain, meski cuma untuk sementara waktu. Tapi bahkan sampai hari ini, hampir satu bulan aku di sini, aku masih dalam proses mencerna semua yang terjadi.
Oh, aku pernah berandai-andai tentang kemungkinan apa yang akan membuatku merantau atau pindah ke kota lain, yaitu menikah, dan aku ikut kemanapun suamiku tinggal (hehe). Cuma itu kemungkinannya. Karena sampai sebelum beberapa bulan lalu pun, aku nggak punya keinginan bahkan alasan buat pindah dari rumahku, kotaku saat ini.
Kemudian, entah bagaimana Allah mengatur ceritanya, aku diberi kesempatan untuk merasakannya. Aku harus pindah ke Jakarta beberapa saat untuk bekerja, sebuah kesempatan berharga yang aku menganggapnya sebuah hadiah dari Allah. Karena meski konteksnya adalah aku disini untuk bekerja, namun semua fasilitas yang aku dapatkan di sini, sebaik itu aku diperlakukan di sini, serupa hadiah, yang bahkan mungkin nggak pernah terpikirkan untuk aku minta. Atau mungkin aku pernah meminta, tapi aku lupa, namun Allah enggak pernah lupa. :’)
Di hari-hari awal kepindahanku, rasanya hidupku nge-switch 180 derajat secara tiba-tiba, dalam semalam. Dan sejujurnya, awalnya membuatku takut. Hariku yang biasanya ramai suasana rumah, berasa otomatis dan berjalan lambat, berubah jadi sunyi, mode manual, dan berjalan cepat. Kombinasi aneh yang bikin aku merasakan sepi, tapi nggak bisa banyak memprosesnya karena banyak hal lain yang aku harus pikirkan dan aku kerjakan. Sangat kontras, dengan hidup normalku biasanya.
Banyak pikiran yang terbesit di kepalaku setiap makan malam sendirian di sini sepulang kerja, questioning everything, termasuk bertanya ke diri sendiri, kehidupan yang bagaimana yang sebenarnya ingin aku jalani? Is it a worth living? Have a life like this?
Well, aku nggak akan menulis jawabannya di sini, hehe. Yang jelas, sebercampuraduk apapun perasaanku saat ini, aku nggak bisa mengeluh. Bahkan nggak layak mengeluh. Banyak bersyukur, berterima kasih, kepada Allah, kepada orang-orang yang selalu mendukungku, mendoakanku, dan bahagia melihatku bahagia, adalah hal yang hanya itu yang ingin ku lakukan sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Share yukk :))