#dirumaaja hari ke-35
Kalau
difikir-fikir, untuk orang-orang yang termasuk kaum millenial sepertiku, banyak
sekali hal yang aku alami sepanjang hidup. Dalam artian, perubahan peradaban
(?) meski disini aku sangat bersyukur aku nggak terlahir pas jaman kerajaan, penjajahan
atau peperangan. Pasti bakal berat banget hidupku, (ya kecuali aku terlahir
dengan sendok emas dimulutku) tapi meskipun begitu, ngeliat banyak
ketidakadilan di depan mata, juga merupakan bentuk lain dari penderitaan, ya
seenggaknya buatku. (oke btw, ini percakapan dengan diriku sendiri yang lagi
berandai-andai)
Next,
Seingatku
(dibantu dengan cerita Ibu) sepanjang hidupku banyak kejadian yang mengubah
perilaku manusia. Well, orang-orang di generasiku jadi saksi hidup perubahan
ini. Mari kita fast flashback. Meski aku ga punya ingatan tentang krisis
moneter 98, karena aku masih damai-damai aja sama kehidupan masa kanak-kanak ku,
tapi Ibu pernah cerita betapa mengerikannya yang terjadi kala itu. Dari yang
mata uang rupiah bernilai berapa sampai jadi bernilai berapa. Mungkin di
tahun-tahun itu berat juga melewatinya, tapi orang-orang dewasa saat itu
nyatanya bisa beradaptasi dan tetap hidup sampai sekarang.
Kalau yang
ini aku masih ingat, tentang kepingan memori-memoriku saat masih kecil. Tentang
aku yang tiap siang sampe sore main sama temen-temen sekampung. Iya literally
sekampung. Ada kali 15-20 anak-anak yang main bareng, outdoor. Main gobak
sodor, engkle, boy-boy-an, patil lele, cari jejak, benteng-bentengan, petak umpet
(tapi ngumpetnya jauh banget hh) sama permainan tradisional yang super asik
saat itu. (Ya Allah kok aku kangen hehe) tapi yang jelas, seru banget main tiap
hari sampe kulit gosong tapi gapapa, main sama temen-temen cewe cowo ga ada tuh
ciye-ciye an, ya main aja. Dan serame itu. Lalu perlahan waktu berlalu, ada Nintendo,
Play Station, Game konsol, makin hari makin ada handphone, game online sampai
makin kesini makin anak-anak jaman sekarang nge game nya pake smartphone doang.
Ga ngerti main-mainan yang aku sebutin tadi. Sejujurnya pengen bilang kasihan
sama anak-anak jaman sekarang haha, tapi, yeah, jaman berubah.
Terus aku
juga masih inget, betapa isengnya aku mencet-mencet nomer telfon random di telfon
umum, terus nyamar jadi host who want’s to be a millioner. Eh yang aku telfon
percaya-percaya aja dan ngejawab beberapa pertanyaan2ku dengan semangat. Pas udah
di pertanyaan ke tiga, aku tutup telfonnya. Kesian ya orangnya, maafkan aku
bapak-bapak yang pada saat itu mengangkat telfonku. Hhhh mianhe. Trus kalo dulu
nanya PR aku kudu jalan ke wartel dulu, milih wartel yang tarifnya paling
murah, tapi gabisa lama-lama soalnya ntar mahal banget abisnya. Waktu berlalu,
aku dikasih hp sama budhe, terus dibeliin sama Ibu, makin kesini orang udah
lupa telfon umum, pengusaha wartel udah pada tutup soalnya semua orang udah punya
handphone, tapi, yeah, jaman berubah.
Garis besar
perubahan itu adalah teknologi yang namanya internet.
Aku gabisa
bilang berubahnya jaman ini semakin buruk ya, aku masih ingat aku dulu termasuk
salah satu orang yang paling anti belanja online karena ga percaya takut
penipuan hhhh. Tapi liat sekarang, aku malah jadi orang yang males banget pergi
ke mall buat belanja yang sekarang apapun udah bisa beli di e-commerce aku tinggal
pilih, bayar sama duduk manis dirumah.
Semua hal
yang aku sebutin tadi yang sekarang kelihatan ‘normal’ sebelumnya mungkin bisa
dibilang ‘gak mungkin’ ‘gak terbayang’ tapi ya…..terjadi.
Dan di
tahun 2020 ini sepertinya generasiku bakal jadi saksi hidup lagi atas sebuah
perubahan. Yang sekarang sedang kita saksikan bersama. Meski sebenernya ini
hal-hal remeh (?) kayak kebiasaan cuci tangan tiap mau masuk rumah, pakai
masker kalau keluar rumah, kalau batuk ditutup pake siku, jaga jarak aman.
Sampai hal-hal yang lebih serius kayak ibadah dirumah aja, aktifitas cuma boleh
sampai jam 9 malem aja, kalau ga penting-penting banget mending dirumah aja, mending
gausah jabat tangan-namaste aja, yang semakin kesini, yang awalnya mager banget
lah nurut sama anjuran …tapi perlahan kita udah mulai terbiasa sama semua itu,
perlahan semua itu akan jadi sesuatu yang ‘normal’. Meskipun untuk yang satu
ini, kita dipaksa mengubah kebiasaan kita dengan sangat tiba-tiba, dalam waktu
singkat.
Mengutip
dari kata-kata Mbak Najwa di salah satu videonya, kurang lebih bunyinya kayak
gini
“Sejak hari ini, hidup umat manusia memang tidak akan pernah sama lagi dengan sebelumnya. Sulit, pasti. Berat, sangat. Tapi kita manusia punya modal untuk menghadapi situasi ini. Apa itu? Kemampuan beradaptasi. Tidak ada spesies lain di muka bumi yang kemampuan adaptasinya melebihi manusia. Dengan perlengkapan akal, manusia pernah, sedang dan akan bisa menyesuaikan diri, lebih cepat dibandingkan spesies lain, seekstrem dan sesulit apapun kondisinya. Dan dengan iman, kita percaya bahwa Tuhan mempersiapkan manusia dengan amat sangat sempurna untuk membangun dunia apapun kondisinya.”
Serangkaian
kata-kata itu cukup menggugah hatiku. Untuk lebih bisa menerima keadaan
sekarang ini, untuk dengan ringan mempersiapkan kemungkinan yang tidak ideal.
Dan ya, untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Karena Allah bilang, Dia tidak
akan memberi cobaan melebihi kemampuan makhluknya. Di ayat lain Allah bilang, “Sesudah
kesulitan, pasti ada kemudahan.”
The New
Normal is okay, bukankah memang, manusia itu selalu berubah?
Gapapa gapapa.