Untuk Kamu, yang pernah rutin mengisi hariku.Masih ingat lagu favorit kita berdua dulu? Kamu pernah bilang kamu tidak akan pernah lupa lagu itu. Aku masih menyimpannya. Lagu yang ku tulis dan kau tambahkan alunan indah suara pianomu. Walaupun kini segalanya sudah tak sama lagi, Aku masih sering memutarnya. Itu lagu favorit kita kala itu.Malam ini, lagu itu tak sengaja terputar di playlist notebook ku. Serupa mesin waktu, Aku seperti terlempar diantara ingatan, kenangan tiga tahunan lalu. Ketika kita bersama setiap hari, ketika kita punya banyak waktu untuk dibagi, ketika cerita sekecil apapun menjadi begitu penting, ketika kita tak berjarak. Lagu itu memang ku buat saat Aku merasa Kau bawa terbang, Aku sangat bahagia kala itu. Bahkan Aku merasa akulah gadis paling beruntung, karena Kau memilihku untuk menjadi yang kau bahagiakan.Pause. Aku mengenangmu terlalu jauh.Lagu terhenti, sekarang ingatanku tentangmu yang lain bermunculan. Ketika Kau begitu saja meninggalkanku, tanpa berusaha memintaku menahanmu pergi. Kau pergi, dengan perasaanku kepadamu yang terlanjur Kau bawa lari. Aku belum sempat menanyaimu, kenapa Kamu setega itu kepadaku? Pergi disaat Aku merasa sangat bahagia bersamamu. Aku tidak terbang, tentu saja. Namun Aku juga tidak jatuh. Kau benar-benar pemain rasa terhebat. Bisa membuatku bahagia dan terluka secara bersamaan.Saat Kau membaca surat ini, apa Aku sudah cukup membuatmu mengerti? Tentang apa saja yang telah Kau lakukan dengan perasaanku? Mungkin memang sudah tidak penting lagi bagimu untuk membahas ini, bagiku juga. Aku menulis ini agar Kau punya bukti otentik dariku. Bahwa Aku pernah Kau buat bahagia dan terluka secara bersamaan.Jangan tanya bagaimana perasaanku kepadamu sekarang. Sedangkan Kau disana sedang mencoba mencari penggantiku, yang katamu sampai kapanpun Aku tidak pernah tergantikan. Ah, lagu kita itu, ku berikan saja untuk orang lain yang membutuhkannya. Aku sudah tidak ingin ingatan yang dibawa lagu itu ku ingat lagi. Lagu milik kita, ‘Ingatan Terbahagiaku’.Kamu, yang pernah rutin mengisi hariku. Kau pasti tau Aku tidak mungkin membencimu. Seperti halnya Kau tahu, Aku tidak ingin merasakan luka kedua kalinya.
Yang tak akan pernah kembali,
Ersya.
* Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #SuratUntukRuth novel Bernard Batubara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Share yukk :))